Waktu hidup atau umur kita adalah karunia Allah SWT yang tidak bisa berulang. Jika waktu sudah berlalu, tidak akan kembali lagi. Allah telah berikan nikmat kepada kita berupa umur. Kesempatan hidup yang begitu berharga. Dengan umur ini kita bisa menikmati hidup. Wahai Ibu, tentu kita punya perasaan yang sama, betapa Allah telah berikan nikmat yang tak terhitung pada kita.
Allah SWT berfirman, “Dan jika kamu menghitung - hitung nikmat Allah niscaya kau tidak dapat menghitung jumlahnya.” (An - Nisa’:18).
Diantara sekian banyak nikmat Allah kepada kita, maka yang sangat kita rasakan saat ini ialah nikmat umur. Umur atau waktu hidup yang kita miliki sekarang ini adalah salah satu nikmat Allah yang mahal harganya. Tidak dapat kita nilai dengan uang yang bertumpuk-tumpuk ataupun dengan emas yang berbungkal-bungkal.
Kalau Allah SWT telah memanjangkan umur seseorang, apa pendapat Ibu bila melihat orang yang tidak berterima kasih dengan pemberian Allah ini? Tentu kita akan merasa heran dan tidak bisa membenarkan tindakan tersebut. Berterima kasih kepada Allah, di sini bisa diterjemahkan dengan bersyukur. Jadi selayak nyalah kita bersyukur dalam arti sesungguhnya.
Bersyukur kepada Allah ada tiga cara. Pertama, bersyukur di dalam hati dengan cara memantapkan hati kita bahwa semua nikmat memang benar dari Allah. Allah berfirman dalam surat An-Nahl : 53, “Apa saja nikmat yang engkau terima, itu semua dari Allah jua.”
Kedua, bersyukur dengan lisan, yaitu dengan memperbanyak puji syukur kepada Allah sambil membaca: ‘Alhamdulillah’. Dari Nu’man bin Basyir Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidak bersyukur kepada pemberian yang sedikit, sudah tentu ia pun tidak akan bersyukur pada pemberian yang banyak. Siapa yang tidak pernah berterimakasih kepada manusia, ia pun tidak pernah bersyukur kepada Allah.”
Ketiga, bersyukur dengan sikap atau perilaku, yaitu dengan melaksanakan amal ibadah dengan anggota badan, dengan amal shalih, dengan perilaku mulia, dan budi bahasa yang santun. Dengan memperbaiki kewajiban kita sebagai hamba, dari amalan wajib dan yang sunnah. Mudah-mudahan kita bisa memahami hadits Rasulullah SAW yang berisi pertanyaan Sayyidah Aisyah RA ketika bertanya mengapa Rasulullah SAW shalat malam sampai pecah-pecah kedua telapak kaki beliau, padahal Allah sudah mengampuni dosa-dosa beliau yang lewat dan yang akan datang.
Di sini Rasulullah SAW hanya mengatakan : ‘afalaa akuunu ‘abdan syakuuron’….tidakkah selayaknya aku menjadi hamba yang bersyukur. Umur adalah sebuah amanah, amanah yang akan kita pertanggungjawabkan di yaumil hisab. Tentu bukan hal yang mudah menjaga sebuah amanah. Apalagi tak ada seorangpun yang tahu, berapa umur yang Allah SWT amanahkan kepadanya.
Tak seorangpun tahu kapan ia akan mati, kapan umurnya akan berakhir. Namun yang pasti, semua yang hidup akan mati. Allah SWT berfirman: “Tiap - tiap yang bernyawa akan merasakan mati ….” QS Al Imron : 185. Jika kematian merupakan harga mati, seharusnya kita sibuk untuk memper siapkannya dengan mengisi waktu hidup kita dengan amal - amal sholeh sebagai bekal kita menuju akhirat.
Semakin bagus (Islami) kehidupan dunia seseorang semakin bagus pula kehidupan akhiratnya. Allah SWT memperingatkan dalam surat Al - A’la: 16 - 17 : “Akan tetapi kamu lebih memilih kehidupan duniawi, padahal kehidupan akhirat lebih baik dan lebih kekal.” Semakin bertambah umur kita, semakin dekat dengan ajal dan semakin dekat pula dengan liang kubur. Maka hendaknya sisa umur ini kita pergunakan dengan sebaik-baiknya sebelum ajal datang.
Baca Selengkapnya di: https://docs.google.com/open?id=0B9OI7a75UcEgMzkyTFljYnFQXzA
0 komentar:
Posting Komentar