Keblinger

Keblinger

Syukur, Sabar dan Ikhlas dengan Ketentuan Allah

Jumat, 02 November 2012
Idul Fitri lalu, Allah pertemukan saya dengan teman lama. Dia bercerita tentang masalah pelik dalam rumah tangganya. Suaminya mendapat promosi jabatan dan harus pindah keluar daerah, sedangkan dia berat untuk ikut karena harus meninggalkan karir yang sudah lama dirintis. Kabar teman yang lain kondisi rumah tangganya sedang mengalami masalah serius. Usahanya mengalami kebangkrutan bersamaan dengan istrinya minta cerai. Ada tiga anak yang masih butuh kasih sayang dan biaya pendidikan. Belum lagi setelah dia bangkrut teman bisnisnya malah menghilang. Sebagai teman saya prihatin dan hampir menyalahkan orang-orang yang mendzaliminya. 

Namun saya tertegun setelah teman saya berkata, “Ini bukan salah mereka, ini tentang saya dengan Allah.” “Tentang saya dengan Allah”…..agak lama kata ini hinggap di benak saya. Sepertinya asing dan jarang seseorang yang mendapat musibah berkomentar demikian. Tapi setelah saya renungkan, memang itulah hakekat hidup. Segala yang terjadi, berupa nikmat ataupun kesusahan, semua ada dalam satu kata kunci : antara hamba dengan Allah. Tidak ada kejadian yang salah menimpa atau kata kebetulan untuk sebuah ketetapan Allah. 

Biidznillah, segala sesuatu terjadi. Seorang mukmin memang sosok yang dibekali dengan cara pikir terarah, agar tidak larut dan tersesat dalam kehidupan. Allah haruskan seseorang memegang teguh aqidah, agar menjadi mulia dan tidak terpuruk dalam kehidupan. Karena hanya dengan aqidahlah kita menjadi kaya. Memiliki sesuatu yang sangat mahal, karena keyakinan akan Allah dibalik semua kejadian. Seperti kita lihat bagaimana Allah menguji pemilik kebun yang dikisahkan dengan indah dalam Al Qur’an surat Al Qalam.

Ketika pemilik kebun dengan yakinnya akan memanen hasil kebun di pagi hari, mereka benar-benar terkejut ketika mendapati kebun tersebut telah hitam legam! Merekapun duduk berhadapan cela mencela sambil menyadari sesungguhnya mereka termasuk orang yang dzalim. Sambil menyadari dosa-dosa, mereka bertasbih, berharap ganti yang lebih baik, dan memohon ampunan dari Allah…….. 

Permasalahan Hidup 
Siapa sih yang nggak punya masalah dalam hidupnya? Sebuah pertanyaan klise dan retoris yang sering kita dengar. Ini menggambarkan bahwa hidup dan masalah adalah sebuah keniscayaan. Namun sayang kadang kesadaran itu gampang sekali sirna ketika kita mendapat masalah yang berat. Kita menjadi berlebihan dalam menyikapinya dan merasa dunia ini tidak berpihak pada kita. Firman Allah dalam QS Al Kahfi 7 : “Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada dibumi sebagai perhiasan baginya untuk Kami uji mereka, siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya”. 

Demikian juga dalam QS Al Ankabut : 2-3: “Apakah mereka mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, kami telah beriman dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta” Sebagai manusia yang beriman kita harus menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pada hakekatnya hanyalah ujian. 

Allah SWT menguji manusia dari kedua sisi, yaitu berupa kenikmatan dan kesengsaraan. Namun kebanyakan berbagai permasalahan hidup yang dikeluhkan manusia adalah mengenai kesulitan seperti kemiskinan, kekurangan, kebangkrutan, kehilangan, musibah, penyakit, kemiskinan, dan sebagainya sehingga hidup kita menjadi tertekan, gundah, bahkan putus asa. Kita pun seolah-olah menjadi orang yang paling menderita di dunia dan berubah menjadi murung, lesu bahkan marah. Naudzubillah, semoga kita terhindar dari sikap-sikap tersebut. Kalau keadilan Allah tidak diragukan maka perasaan sakit, sedih, dan kecewa tersebut hanyalah sebuah proses awal untuk menerima segala yang terjadi. 

Ikhlas dan Sabar 
“Dan sungguh Kami akan berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan : “Inna lillaahi wa inna ilaihi rooji’uun”. Mereka itulah yang mendapat mendapat petunjuk” (QS Al Baqarah :155-157). Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa ucapan Inna lillaahi wa inna ilaihi rooji’uun yang artinya sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya kami kembali yang diucapkan seorang hamba ketika ditimpa musibah adalah tanda kesabaran. 

Hamba yang sabar menghibur diri dengan ucapan tersebut dan mereka mengetahui bahwa diri mereka adalah milik Allah. Ia merperlakukan hambaNya sesuai dengan kehendakNya. Selain itu mereka juga mengetahui bahwa Dia tidak akan menyia-nyiakan amal mereka meski hanya sebesar biji sawi pada hari kiamat. Hal itu menjadikan mereka mengakui dirinya hanyalah seorang hamba di hadapanNya, dan mereka akan kembali kepadaNya di akhirat kelak. Sabar dan ikhlas akan sangat sulit dilakukan apabila kita tidak mampu menyadari dan meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah ujian dari Allah SWT. Harta, karir, rumah, mobil mewah, anak dan keluarga adalah ujian dan titipan dari Allah SWT. Apakah dengan memilikinya kemudian kita bersyukur atau malah menjadi kufur? Banyak orang yang lemah imannya akan terlena dengan kenikmatan dan kemewahan bahkan menjauhkan diri dari Allah dan jarang sekali bersyukur. 

Ini bukanlah akhlak orang beriman. Dalam surat Al Hadiid ayat 20 Allah berfirman :“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaanNya. 

Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” Dengan memahami sebaik-baiknya bahwa Allah lah pemilik yang sebenarnya atas segala sesuatu yang ada di dunia ini dan kita hanyalah pihak yang dititipi, maka ketika Allah mengambilnya, insya Allah kita akan lebih mudah merelakannya. Sesungguhnya dalam setiap cobaan berat yang Allah berikan pasti ada hikmah dan pahala yang menyertai jika sabar dan ikhlas menerimanya. 

Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin, semua urusan baik baginya, yang demikian itu tidaklah dimiliki seorangpun kecuali hanya orang yang beriman. Jika mendapat kebaikan ia bersyukur, maka itu merupakan kebaikan baginya. Dan jika keburukan menimpanya ia bersabar, maka itu merupakan kebaikan baginya” (HR Muslim). Setiap perbuatan akan diketahui pahalanya kecuali kesabaran, karena pahala kesabaran itu tanpa batas, sebagaimana firman Allah SWT : “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS Az Zumar : 10). Ada juga yang menafsirkannya bahwa orang yang sabar itu akan masuk surga tanpa melalui suatu proses hisab. Masya Allah…! 

Pada hakekatnya masalah terjadi saat realitas tidak sesuai dengan keinginan kita. Ketika seorang mukmin sadar bahwa realitas adalah ketetapan Allah, maka dia akan menerima dengan ikhlas ketika keinginannya tidak tercapai. Jika keikhlasan dibarengi dengan kesabaran untuk menyelesaikan masalah sesuai aturan Allah maka sungguh pertolongan Allah itu  dekat. Insya Allah.


T E R O P O N G

Bagi masyarakat Indonesia, Idul Fitri dan Halal bi Halal bagaikan dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Setelah manusia berbuat baik kepada Allah dengan berpuasa sebulan penuh mengabdikan diri kepadaNya maka pada momen Idul Fitri dan Halal bi Halal giliran mereka meneguhkan kesadaran persaudaraan antar sesama dengan saling memafkan dan berbagi keceriaan. 

Demikian berita yang dimuat Republika Online tanggal 28 Agustus 2012. Fenomena ini terjadi di tanah air dan telah menjadi tradisi di negara-negara rumpun Melayu. "Jika kegiatan Halal bi Halal diniatkan untuk menyambung dan mempererat tali silaturrahim maka kegiatan tersebut justru bisa bernilai ibadah", begitu ungkap ketua DKM Al Ikhlas dalam sambutan acara Halal bi Halal pada hari Minggu tanggal 09 September 2012. 

Ustadz Syaefuddin pun menambahkan dalam ceramahnya, "Silaturrahim adalah refleksi ajaran Islam yang menekankan sikap persaudaraan, persatuan dan saling memberi kasih sayang." Momen indah ini memang belum dioptimalkan oleh seluruh warga RW15 karena ada sebagian warga yang tidak bisa hadir. Mungkin karena acara yang bentrok mengingat hampir seluruh masyarakat mengadakan Halal bi Halal pada bulan Syawal. Semoga setelah puasa sebulan, merayakan Idul Fitri dan saling bermaafan, kita makin bersemangat menghidupkan rumah Allah. Amin.



SERBA SERBI
Cara Merawat Sepatu Kulit


Untuk menjaga agar sepatu kulit yang kita miliki lebih awet, berikut ada beberapa hal yang bisa kita lakukan yaitu :
  1. Setiap kali sehabis dipakai, bersikan sepatu dengan cara menggosoknya degan sepon kering, sumpal bagian dalam sepatu dengan kertas atau kain dan simpan dalam kardus sepatu atau kantung kain.
  2. Jika sepatu kita basah segera dilap dengan kertas koran dan dijemur dalam keadaan berdiri di tempat yang teduh, setelah kering semirlah sepatu.
  3. Kalau sepatu kulit kena kotoran/noda gosoklah dengan sepotong bawang bombai lalu dilap dengan kain yang lembut. Jika harus dicuci gunakan sabun atau sampo yang lembut jangan menggunakan deterjen lalu jemur di tepat yang teduh.
  4. Jangan simpan sepatu dalam kantong plastik karena udaranya akan lembab yang menyebabkan sepatu berjamur.
  5. Keringat pada kaki saat memakai sepatu lama kelamaan bisa membuat sepatu dan kaki menjadi berbau. Untuk menghindari bau sebaiknya sebelum memakai sepatu, kaki dilap dulu sampai benar-benar kering, lalu taburkan bedak bayi terutama pada celah-celah jari, taburkan juga pada bagian dalam sepatu.
Mudah-mudahan bisa menjadi solusi, dan selamat mencoba.

0 komentar:

Posting Komentar

 

salafudin. Diberdayakan oleh Blogger.


Copyright © Nurul Ilmi All Rights Reserved •