Keblinger

Keblinger

NASIHAT SYAWAL UNTUK ANAK DAN ORANG TUA

Rabu, 31 Oktober 2012
Bulan Syawal akan me-nyapa. Kebahagiaan kembali hadir saat berkumpul ber-sama keluarga besar. Namun semoga keutamaan pahala di bulan Syawal pun bisa kita raih bersama anak, tak sekedar gemerlap sesaat tanpa makna.

Edisi 1/Vol.III/2012/13 Ramadhan 1433 H
Sub Menu:
Salam
Mutiara Hikmah
Teropong
Serba-Serbi


Salam



Bulan Syawal akan me-nyapa. Kebahagiaan kembali hadir saat berkumpul ber-sama keluarga besar. 

Namun semoga keutamaan pahala di bulan Syawal pun bisa kita raih bersama anak, tak sekedar gemerlap sesaat tanpa makna.  Selamat membaca, se-moga bisa memanfaatkan momen Syawal dengan sebaik-baik amalan bersama anak dan keluarga besar. Aamiin.



Mutiara Hikmah

Diriwayatkan dari Aisyah RA : seseorang bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “Apakah amal (ibadah) yang paling dicintai Allah?” Nabi Muhammad SAW bersabda, ”Amal (ibadah) yang dilakukan secara tetap meskipun sedikit”. (HR. Bukhari)


NASIHAT SYAWAL UNTUK ANAK DAN ORANG TUA

Ramadhan akan berlalu, Syawalpun datang menjelang. Sudah selayaknyalah umat Islam berada dalam keadaan yang lebih baik dalam keimanan karena telah melewati Ramadhan yang merupakan bulan tarbiyah (pendidikan) dan training (pelatihan) bagi kita. Bukankah wajar jika seseorang yang baru keluar dari masa pendidikan atau pelatihan memiliki kecakapan dan pengetahuan yang lebih baik dari sebelumnya? Maka pada Bulan Syawal semestinya kualitas dan kuantitas ibadah menuju proses semakin baik.

Selama Ramadhan, satu bulan penuh kita melatih diri dengan berpuasa, yaitu menahan diri dari makan, minum, marah dan menjaga semua perbuatan mulut, mata, telinga, tangan dan kaki dari dosa dan sia-sia. Oleh karena itu, sudah seharusnya jika pada bulan-bulan sesudahnya kita memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menahan hawa nafsu dan meningkatkan ibadah.

Biasanya, setiap bulan Syawal, saya ber”lebaran” dengan orang tua dan melakukan sungkem. Suasana yang paling berkesan adalah ketika sungkem kepada bapak. Karena beliau akan membisikkan nasihat khusus untuk masing-masing anak. Di Bulan Ramadhan 2008 Sang Pemilik manusia dan nyawa telah mengambil beliau. Sejak itu tidak ada bisikan mesra lagi yang saya dapatkan. Padahal kata-kata lembut di telinga itu adalah hadiah khusus buat saya dalam menyambut Lebaran.

Hal itu benar-benar menyemangati diri untuk sungkem lagi dan menanti kira-kira wejangan apa yang dihadiahkan di tahun depan. Dari petuah itu lah saya akan berusaha untuk memperbaiki diri dalam banyak hal terutama ibadah, sebagai jawaban kepatuhan kepada orang tua. 

Ketika tidak ada lagi orangtua, terasa ada yang kurang dalam meyambut Lebaran. Kehilangan itu terasa, karena orangtua lah yang rajin menasihati kita dalam suasana kebersamaan keluarga di hari lebaran Idul Fitri. Kebiasaan menasihati ini sudah selayaknya dijadikan tradisi. Saat yang tepat bagi kita sebagai orang tua untuk memberi pengertian kepada anak agar momen Lebaran bisa memberi kesan mendalam bagi mereka dalam menjalani kehidupan. 

Baju baru adalah kebiasaan yang diberikan orangtua kepada anaknya dalam menyambut hari kemenangan ini. Padahal ada yang lebih penting dari itu yang seharusnya diberikan yaitu semangat baru untuk menjadi lebih baik setelah melewati Bulan Ramadhan. Dengan menjelaskan keutamaan silaturrahim, puasa Syawal dan target tilawah untuk anak-anak merupakan sebagian tema pilihan untuk menerapkan pelatihan yang telah didapat di Bulan Ramadhan. 

Silaturrahim
Hari Raya Idhul Fitri sering dijadikan momen untuk bersilaturrahim. Dari Anas bin Malik RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa ingin dilapangkan baginya rizqinya dan dipanjangkan untuknya umurnya hendaknya ia melakukan silaturahim.” (Bukhari dan Muslim). 

Kata rahim berasal dari Bahasa Arab, bila kita buka kamus Bahasa Arab, maka kita akan dapati kata rahim berasal dari akar kata Ar-rahim yang memiliki arti kandungan atau keturunan dari satu rahim yang membentuk kekerabatan dan kekeluargaan. Sedangkan shilah berasal dari kata washala yang dalam konteks ini memiliki makna sampai atau menyambung. 

Dalam kamus Al-Mu’jamul Wasith disebutkan makna rahim adalah kerabat dekat, sedangkan kitab Al-Mu’jam Al-Mufahras Li Alfazhil Qur’an disebutkan bahwa : “kerabat dinamakan rahim karena mereka lahir dari satu rahim yang sama.” Dengan demikian silaturrahim akan selalu bermotivasi menjaga hubungan baik dengan penuh rasa kasih sayang dan sikap kepedulian kepada orang lain, terlebih lagi kepada keluarga dan kerabat. 

Dengan silaturrahim, kita bias merasakan ada keterikatan, menebarkan rasa kasih sayang dan memperkokoh hubungan kekeluargaan. Apabila kita memutuskannya, rusaklah kebaikan-kebaikan yang ada pada seseorang, karena orang yang memutuskannya berarti telah menghapus rasa kasih sayang yang menjadi fitrah manusia. 

Bahkan Allah mengutuk orang yang memutus silaturrahim sesuai firmanNya dalam QS. Muhammad ayat 22-23 : “Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan membuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah, lalu dibuat tuli pendengarannya dan dibutakan penglihatannya.” 

Mengajak anak-anak bersilaturrahim hendaknya bisa menciptakan rasa kasih sayang antar keluarga, sehingga sedari dini mereka terbiasa untuk saling mendo’akan dan berbuat baik dengan keluarga dan kerabat. Pada awalnya mungkin anak-anak merasa senang bersilaturrahim karena mereka akan mendapat bingkisan, hadiah atau bahkan uang jika berkunjung di hari Raya. Namun usahakan agar anak-anak juga senang untuk memberi hadiah bukan hanya menerima hadiah. 

Dengan saling memberi hadiah akan semakin mendekatkan hati yang bisa menciptakan rasa kasih sayang di antara kerabat. Selanjutnya ajari anak untuk berkunjung di hari lain selain Lebaran. Sehingga anak – anak akan merasa akrab dengan keluarga dan bisa lebih memaknai silaturrahim. 

Puasa Syawal
Abu Ayyub Al-Anshari radhiallahu 'anhu meriwayatkan, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun.” (HR. Muslim). 

Tabiat manusia setelah mengalami masa yang penuh kekangan adalah berlari mencari kesenangan serasa bebas dari kepenatan. Namun Allah mengajarkan untuk berpuasa sunnah Syawal sebagai wujud syukur atas segala nikmat yang Allah berikan. 

Bukankah balasan amal kebaikan adalah kemudahan beramal baik selanjutnya? Ibarat seseorang yang telah berjuang mendirikan bangunan megah, maka tentu sesudahnya akan diikuti dengan tetap menjaga kemegahannya. Puasa Syawal sebagai wujud untuk tetap mempertahankan kemegahan bangunan yang telah kita bangun di Bulan Ramadhan.

PESAN IMAM AL GHAZALI KEPADA PENUNTUT ILMU

  1. Diwajibkan atas orang yang menuntut ilmu untuk menghiasi dirinya dengan akhlaq yang mulia dan menjauhi pekerti yang buruk, seperti emosi, memperturutkan nafsu, dengki, dan besar diri. Semuanya itu merupakan kegelapan yang akan menghalangi masuknya cahaya ilmu. Parameter menguasai ilmu bukanlah banyaknya periwayatan dan muatan hafalan yang banyak, melainkan cahaya bashirah (mata hati) yang melaluinya dapat dibedakan antara perkara yang haq dan bathil, antara yang berbahaya dan bermanfaat, antara petunjuk dan kesesatan.
  2. Diwajibkan bagi penuntut ilmu untuk meminimalisir kesibukannya dan hal-hal yang dapat memalingkan diriya dari meraih ilmu dan mengonsentrasikan waktu untuknya. Karena Allah tidak akan menjadikan dua hati dalam rongga seseorang. 
  3. Seorang yang sedang belajar tidak boleh bersikap sombong dengan ilmunya dan tidak boleh menjerumuskan pengajarnya, tetapi harus patuh kepada nasihatnya segaimana pasien yang jahil mematuhi dokter yang merawatnya dengan penuh kasih sayang lagi sangat mengharapkan kesembuhannya dalam waktu yang singkat. Dianjurkan pula hendaknya dia bersikap rendah diri kepada pengajar/gurunya dan senang melayaninya karena mengharapkan pahala dari Allah. Ilmu itu tidak dapat diraih kecuali dengan sikap rendah diri, penuh perhatian dan mendengar dengan khusyu’. Allah berfirman : “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya”. (QS. Qaaf (50) : 37).
  4. Janganlah seorang penuntut ilmu membiarkan suatu bidang ilmu yang terpuji dan jangan pula suatu cabang pun di antara cabang-cabangnya melainkan harus diperhatikan dengan baik olehnya maksud dan tujuannya serta kesimpulan akhirnya.
  5. Janganlah seorang yang sedang menuntut suatu bidang ilmu pengetahuan mempelajarinya dengan sekaligus, melainkan harus tertib dan memulainya dari bagian yang paling penting.
  6. Janganlah seorang penuntut ilmu beralih ke bidang lain sebelum menguasai bidang yang sebelumnya karena sesungguhnya ilmu pengetahuan itu ada tertib urutannya yang harus diperhatikan. Sebagian diantaranya merupakan pembuka jalan bagi sebagian yang lain. Orang yang beroleh kesuksesan pasti akan memperhatikan urutan dari tahapan ini. Allah berfirman : “Orang-orang yan telah kami beri Alkitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya”. (QS. Al-Baqarah (2) : 121).
  7. Ilmu yang paling mulia adalah ilmu tentang Allah, para malaikatNya, kitabNya dan rasul-rasulNya, serta ilmu-ilmu yang ada kaitannya dengan ilmu tersebut.
  8. Hendaknya niat sang pelajar saat sedang menuntut ilmunya adalah untuk menghiasi batinnya dan memperindahnya dengan keutamaan. Sedang pada masa mendatang akan menjadi sarana baginya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Jangan sampai ia berniat menuntut ilmu untuk meraih jabatan, harta, kedudukan, mendebat orang-orang yang kurang akalnya, dan menyombongkan diri. Karena Allah telah menjamin akan meninggikan derajat orang-orang yang dianugerahi iman dan lmu pengetahuan melalui firmanNya : “…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…”. (QS Al-Mujadilah (58) : 11).
(Athfaalul Muslimin, Kaifa Rabbaahumun Nabiyyul Amiin karya Jamaal ‘Abdur Rahman atau Tahapan Mendidik Anak Teladan Rasulullah diterjemahkan oleh Bahrun Abubakar Ihsan Zubaidi Lc)


TEROPONG

Menggabungkan berbagai macam acara agar menghemat waktu dan biaya sudah beberapa kali dilakukan Pengurus DKM Al Ikhlas. Pada hari Minggu tanggal 24 Juni 2012 Musholla Al Ikhlas menyelenggarakan taushiyah Isra' Mi'raj, Peresmian Rumah Tahfidz, sekaligus mewisuda beberapa santri yang sudah hafal juz 30.

Acara diawali dengan santri yang Mabit pada Sabtu malam, 23 Juni 2012. Sedianya setiap liburan sekolah, Musholla Al Ikhlas rutin mengadakan acara Pesantren Liburan Al Ikhlas (PLA). Karena keterbatasan waktu, acara Mabit saja yang bisa dilaksanakan sesuai agenda 3 bulanan. Ternyata hal itu tidak mengurangi semangat anak-anak yang tetap antusias bergabung. 

Acara ini dikuti ± 80 santri. Mereka adalah 45 santri dari rumah Tahfidz Al Ikhlas, 21 santri dari Rumah Tahfidz BDB 1 dan sisanya adalah anak-anak yang belum menjadi santri Tahfidz. Yang menarik adalah pada saat Muhasabah atau Malam Renungan. Qodarullah malam itu listrik berkali-kali padam dan nyala bergantian sehingga menambah suasana makin syahdu. Akhirnya hanya dengan penerangan api unggun beberapa santri sesenggukan mendengarkan wejangan dari Ketua DKM Al Ikhlas. 

Sengaja acara ini diagendakan untuk menanamkan budi pekerti, saling menyayangi sesama teman dan akhlak yang islami kepada para santri. Malam Renungan diakhiri dengan tugas untuk para santri agar menuangkan isi hatinya melalui surat kepada orang tua masing-masing. Pada acara puncak esok harinya, yaitu 24 Juni 2012 dihadiri oleh beberapa tokoh masyarakat, antara lain Lurah Sukahati, perwakilan dari PPPA Daarul Qur'an, Departemen Agama, dan Ketua RW 15. Yang membuat saya terharu adalah perbincangan di kalangan ibu-ibu yang merasa puas telah menitipkan anaknya di Rumah Tahfidz Al Ikhlas. 

Menurut pengakuan sebagian ibu, anaknya menjadi lebih baik, patuh, santun bahkan ada seorang anak yang dengan mudah masuk sekolah favorit dengan modal sertifikat hafalan Qur'an juz 30 dari rumah Tahfidz Al Ikhlas. Alhamdulillah, makin nyata pengaruh positif adanya Rumah Tahfidz di lingkungan kami.

Setelah mewisuda 13 santri yang lulus juz 30, acara ditutup dengan taushiyah Isra' Mi'raj oleh ustadz Kho Guan Shi atau ustadz Solihin dari Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI). Serangkaian acara tersebut semoga menjadikan kita istiqomah memakmurkan rumah Allah agar tercipta lingkungan yang islami. Aamiin.


SERBA SERBI
"STEIK DAGING SUKIYAKI"


BAHAN :
- 200 gram daging sukiyaki, - 1/2 buah bawang bombay, dicincang halus , - 2 siung bawang putih, dicincang halus, - 1/2 sendok teh kecap penyedap, - 1 sendok teh kecap inggris, - 1 sendok teh kecap manis, - 1/4 sendok teh merica bubuk, - 3,5 sendok teh saus tomat, - 100 ml air, - 1/4 sendok teh garam, - 1/2 sendok teh gula pasir, - 2 sendok makan minyak untuk menumis.

CARA MEMBUAT :
1. Tumis bawang bombay dan bawang putih sampai harum
2. Masukkan daging sukiyaki sambil diaduk hingga berubah warna
3. Masukan kecap penyedap, kecap inggris, kecap manis, merica bubuk dan saus tomat
4. Tuang air aduk rata, masukkan garam dan gula, aduk rata. Biarkan sampai daging matang dan bumbu meresap.

Bahan Pelengkap : Kentang gorang, dan sayuran rebus.

Selamat Mencoba.


0 komentar:

Posting Komentar

 

salafudin. Diberdayakan oleh Blogger.


Copyright © Nurul Ilmi All Rights Reserved •