Di kampung halaman saya, pada bulan Syawal yang lalu, ada seorang remaja laki-laki mengejar-ngejar ayahnya dengan memegang sebuah golok, sambil berteriak dengan umpatan-umpatan yang sangat tidak pantas didengar. Remaja tersebut ingin membunuh ayahnya, hanya karena iri dengan sang kakak yang baru saja dibelikan motor oleh sang ayah, sementara dia tidak. Peristiwa itu tentu sangat memalukan bagi orang tua.
Siapa saja yang berpikiran dan berperasaan waras akan sepakat, remaja tersebut sudah tidak bermoral. Seorang anak yang ketika bayi digendong, dibelai, disuapi, dirawat dan ketika menginjak usia sekolah, mereka juga disekolahkan. Setelah ia remaja, tentu orang tua ingin menjadikannya kebanggaan keluarga, namun jangankan rasa bangga yang didapat orang tua, rasa terima kasih telah diganti oleh sang anak dengan ingin membunuh ayahnya, hanya karena masalah yang sepele. Ini adalah salah satu contoh kecil dari dekadensi moral yang terjadi pada remaja dewasa ini. Tentu saja masih sangat banyak contoh lainnya yang bisa membuat orang tua mengelus dada dengan segala polah remaja masa kini.
Bisa jadi, kita akan sangat takut untuk membayangkan jika hal ini juga terjadi pada diri anak remaja kita sendiri. Naudzu billahi min dzalik.
Arti Kata Moral
Moral berasal dari Bahasa Latin Moralitas. Secara umum moral adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya.
Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral dapat juga diartikan sebagai perbuatan / tingkah laku / ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, moral adalah produk dari budaya dan agama. Ulama Sufi membagi moral ke dalam tiga jenis, yaitu moral agama, moral undang-undang, dan moral lingkungan sosial.
Dari ketiga jenis moral tersebut, yang paling dominan adalah moral agama dan menjadi sumber acuan bagi kedua moral yang lainnya. Moral Islam sesungguhnya merupakan nilai moral yang paling lengkap dan seimbang. Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-An’aam (6): 150-153 yang menjelaskan tentang :
- Nilai Tauhid {Katakanlah (Muhammad), “Bawalah saksi-saksimu yang dapat membuktikan bahwa Allah mengharamkan ini.” Jika mereka memberikan kesaksian, engkau jangan (ikut pula) memberikan kesaksian bersama mereka. Jangan engkau ikuti keinginan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan orangorang yang tidak beriman kepada akhirat, dan mereka mempersekutukan Tuhan. Katakanlah (Muhammad), “Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukanNya dengan apapun};
- Nilai Moral Keluarga {berbuat baiklah terhadap Ibu bapa, janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi};
- Nilai Moral Kemanusiaan {janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”. Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami};
- Nilai Moral Keadilan {Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu bersaksi, maka hendaklah kamu berlaku adil kendati pun dia adalah kerabat (mu)};
- Nilai Moral Kejujuran {dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.
Sudah menjadi wacana umum bahwa dekadensi moral remaja dewasa ini sudah mencapai titik yang mengkhawatirkan. Para remaja sudah melanggar moral Islam dengan sangat gampang dan bahkan ada sebagian dari mereka merasa bahwa memakai moral Islam merupakan sebuah kekunoan. Masya Allah..
Beberapa contoh dekadensi moral remaja adalah tawuran, miras, narkoba, dan pergaulan bebas (pornoaksi dan pornografi). Dekadensi tersebut terjadi karena jauhnya remaja dari moral Islam. Mengapa remaja bisa jauh dari moral Islam? Pada suatu hari, seorang laki-laki datang menghadap Khalifah Umar bin Khattab, mengadu bahwa anaknya telah berlaku durhaka kepadanya.
Keesokannya, Umar memanggil ayah dan anak tersebut. Kemudian Umar bertanya kepada sang anak : “Mengapa engkau mendurhakai orang tuamu?” Anak itu menjawab dengan balik bertanya: “Wahai Amirul Mukminin, apakah orang tua mempunyai kewajiban terhadap anaknya? Jawab Umar, : “Ya, ada!” Anak tersebut meminta agar kewajiban tersebut disebutkan, lalu Umar berkata “(1) memilih wanita yang baik untuk menjadi calon Ibunya. (2) Menamakannya dengan nama yang baik, dan (3) mengajarkan Al-Qur’an untuknya.”
Anak itu berkata lagi : “Tapi orang tua saya tidak berbuat seperti itu. Ibu saya adalah tukang fitnah, nama yang diberikan untuk saya tukang tipu dan ia tidak pernah mengajarkan saya satu huruf pun dari Al-Qur’an.” Lalu Umar berpaling kepada sang ayah, seraya berkata: “Engkau datang ke sini, mengeluh tentang kelakuan anakmu, mendurhakaimu, padahal engkau telah mendurhakainya sebelum ia berlaku durhaka terhadapmu.”Sebagai orang Islam kita mempunyai panduan siapa yang harus kita jadikan teladan.
Hal ini sesuai dengan firman Allah di surat Al-Ahzab (33) ayat 21 : “Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah.” Umar adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW, yang tentu saja beliau meneladani Rasulullah SAW dalam bertingkah laku dan bertindak.
Dari kisah Umar di atas kita dapat mengambil sebuah hikmah, bahwa orang tua merupakan figur bagi sang anak. Orang tua menjadi tempat pertama dan utama bagi anak untuk dijadikan teladan. Lantas bagaimana seorang anak bisa dituntut untuk bermoral Islam kalau orang tuanya sendiri sangat jauh dari moral Islam itu sendiri? Karena itu, keteladanan orang tua merupakan kunci terpenting untuk mengatasi dekadensi moral remaja. Wallahu ’alam bish shawab.
0 komentar:
Posting Komentar