Islam adalah agama rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin). Semua manusia di dunia sama derajatnya di mata Allah, laki-laki maupun perempuan; yang berkulit hitam maupun putih; yang tampan, cantik atau yang buruk rupa; yang normal maupun cacat dan sebagainya. Yang paling mulia dan yang paling tinggi derajatnya adalah yang benar-benar beriman dan bertaqwa kepadaNya.
Sebagai seorang wanita, tentu kita ingin menuju derajat mulia. Karena itu wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir menganggap bahwa apapun peristiwa yang menimpa pada dirinya tidak lepas dari taqdir Allah.
Ketegaran
Kisah Hajar (istri Nabi Ibrahim a.s) adalah kisah yang menggambarkan keutamaan sikap dan ketaqwaan. Ketika ditinggal oleh Nabi Ibrahim a.s di Makkah, Hajar hanya ditemani bayinya, Ismail yang masih menyusui.
Dengan hati yang tegar dan penuh kasih sayang Hajar bertanya kepada Ibrahim (suaminya), ”Apakah Allah yang menyuruh engkau untuk berbuat seperti ini wahai Ibrahim?” Ketika kekasih Allah itu membenarkan pertanyaannya, maka Hajar berkata dengan penuh kerelaan dan keyakinan :”Kalau begitu Dia tidak akan menyia-nyiakan kami.” Sungguh, Sebuah kalimat yang menunjukkan ketegaran, kekuatan iman, dan ketawakalan jiwa yang luar biasa. Nabi Ibrahim menuju negeri Syam yang letaknya sangat jauh dari Makkah. Beliau hanya meninggalkan satu kantong berisi buah kurma dan satu wadah dari kulit yang berisi air.
Setelah perbekalannya hampir habis, Hajar berlari menuju Bukit Shafa, berharap bertemu dengan suatu kabilah yang lewat untuk dimintai pertolongan. Ketika tak ditemui seorangpun, beliau turun untuk menuju Bukit Marwah. Beliau dengan gelisah mondar-mandir hingga tujuh kali karena Ismail terus menerus menangis kehausan. Demikian juga dengan Hajar, beliau pun kehausan hingga tak keluar air susunya.
Allah Maha Menepati Janji, Ia memberikan rezeki pada hambaNya yang benar-benar yakin akan pertolonganNya. Di tengah kekalutan, muncullah mata air yang letaknya dekat dengan kaki Ismail. Hajar bergegas menuju mata air tersebut dengan penuh rasa syukur, yang kemudian disebut air zam-zam.
Tak berapa lama kemudian muncullah suatu kabilah yang meminta izin kepada Hajar untuk mengambil air zam-zam dan bermaksud untuk tinggal di lembah itu. Sejak saat itu, Hajar dan puteranya tak sendirian lagi. Seandainya tidak ada iman yang begitu kuat dan tidak ada tawakal yang utuh kepada Allah tentu Hajar tidak akan mampu menghadapi keadaan ini. Kita memang harus banyak belajar menjadi wanita tegar, setegar Hajar. Ketegaran untuk senantiasa tawakal atas kehendak Allah dengan menjalani walau seberat apapun rintangan menghadang, karena surga menjadi tujuan akhir kita.
Baca Buletin selengkapnya di: https://docs.google.com/open?id=0B9OI7a75UcEgMk13aHo1WVhsMms
0 komentar:
Posting Komentar