Keblinger

Keblinger

Vol 2 Edisi 8 - JADILAH SEBAIK-BAIK TETANGGA

Minggu, 15 Juli 2012

Ketika kita mendapat kesulitan di rumah dan perlu pertolongan, tetanggalah yang akan segera berlari untuk membantu. Pernahkah pompa air ibu rusak sehingga tidak bisa berwudhu di rumah? Jika pernah, bisa jadi tetangga akan siap berbagi air. Ketika anak kita yang masih kecil terjatuh di jalan depan rumah dan menangis, maka tetanggalah yang bergegas menolongnya.

Sampai ketika kita meninggalkan dunia ini, tetanggalah yang akan sibuk mengurus jenazah dan pemakaman kita. Subhanallah, betapa pentingnya kehadiran tetangga dalam kehidupan kita. Tetangga adalah orang-orang yang akrab dalam kehidupan kita sehari-hari. Tak jarang, mereka lebih tahu keadaan kita ketimbang kerabat yang tinggal berjauhan. Wajar, jika Islam begitu menekankan untuk berbuat baik kepada tetangga.

Apa itu tetangga?
Kata Al Jaar (tetangga) dalam bahasa Arab berarti orang yang bersebelahan denganmu. Sedang secara istilah syar’i bermakna orang yang bersebelahan baik dia seorang muslim atau kafir, baik atau jahat, teman atau musuh, berbuat baik atau jelek, bermanfaat atau merugikan dan kerabat atau bukan..

Aisyah r.a. meriwayatkan tentang batasan tetangga, yaitu empat puluh rumah dari semua arah. At-Thabrani meriwayatkan dari Ka’ab bin Malik r.a., dari Nabi Muhammad SAW : “Ingatlah bahwa empat puluh rumah itu adalah tetangga.

At-Thabrani meriwayatkan dari Jabir r.a., dari Nabi Muhammad SAW bersabda : “Tetangga itu ada tiga macam, tetangga yang hanya memiliki satu hak, yaitu orang musyrik, ia hanya memiliki hak tetangga. Tetangga yang memiliki dua hak, yaitu seorang muslim, ia memiliki hak tetangga dan hak Islam. Dan tetangga yang memiliki tiga hak, yaitu tetangga muslim yang memiliki hubungan kerabat; ia memiliki hak tetangga, hak Islam dan hak silaturrahim.” 

Keutamaan berbuat baik pada tetangga 
Dari Aisyah r.a., Nabi Muhammad SAW bersada, “Tidak henti-hentinya Jibril memberikan wasiat kepadaku tentang tetangga sehingga aku menduga bahwa ia akan memberikan warisan kepadanya.” (Bukhari, Muslim, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi). Hadis ini memberi gambaran kepada kita bahwa memperhatikan tetangga adalah merupakan sebuah keutamaan sehingga malaikat Jibril tak henti-hentinya berwasiat kepada Rasulullah SAW. 

Dari Syuraih Al-Adawi r.a., Rasulullah SAW. bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari pembalasan maka muliakan tetangganya.” (HR. Bukhori 5560 ). Dari Abu Syuraih r.a. bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Demi Allah, seseorang tidak beriman; demi Allah, seseorang tidak beriman; demi Allah, seseorang tidak beriman.” Ada yang bertanya, “Siapa itu, Ya Rasulullah?” Jawab Nabi SAW, “Yaitu orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.” (HR Bukhari). 

Gangguan disini bisa diartikan dengan bencana, pencurian, kejahatan, tajamnya lidah, hal-hal yang membahayakan dan atau hal-hal yang menjadi pelampiasan kebenciannya. Hadis-hadis diatas memberi pelajaran bagi kita betapa memuliakan tetangga adalah sesuatu yang utama dalam ajaran Islam, bahkan merupakan sebuah barometer keimanan seorang muslim. Kebersamaan kita dengan tetangga yang begitu lama kadang membuat kita terlena dan menganggap bertetangga adalah hal yang “biasa saja”. 

Bahkan seseorang ada yang berujar, ”Ya biasalah orang hidup punya tetangga, biarin aja dia mau apa, urusan kita kan masing-masing…” Padahal sesungguhnya tetangga adalah istimewa buat kita yang mendambakan surga, karena dari hubungan kita dengan tetangga, kita bisa mendapat berlimpah pahala atau bisa sebaliknya, berlumur dosa dan tidak akan masuk surga. Islamlah agama yang memiliki aturan hidup bertetangga.

0 komentar:

Posting Komentar

 

salafudin. Diberdayakan oleh Blogger.


Copyright © Nurul Ilmi All Rights Reserved •