Keblinger

Keblinger

Vol 2 Edisi 5 - Peranan Sebagai Anak, Istri dan Ibu

Sabtu, 14 Juli 2012

Allah menjadikan sifat rahmat seratus bagian, sembilan puluh sembilan bagian di tangan Allah dan hanya satu bagian yang diturunkan Allah ke dunia. Maka dengan satu bagian itulah semua makhluk saling menyayangi sehingga seekor hewan mengangkat telapak kakinya karena khawatir terinjak anaknya (HR. Muslim).

Subhanallah, dengan satu bagian itu pun kita merasakan lautan rahmat dan kasih sayang ketika mendekap anak sesaat setelah memandang bola mata mereka dengan penuh haru dan harap.

Demikian juga kala kita benar-benar takut kehilangan Ibu sewaktu memandangi tidur beliau yang lelap, karena khawatir mata renta itu tak terbuka lagi selama-lamanya. Manakala perasaan ketakutan itu merayap dalam dada, lirih terucap : “Sudahkah kita mendapatkan ridho Sang Ibu?”. Karena Rasulullah SAW berpesan bahwa ridho Allah adalah dengan ridho orang tua.

Kewajiban anak kepada Ibu
Dengan fitrahnya Islam telah menjadikan perempuan sebagai Ibu dan pengatur rumah tangga. Kedahsyatan figur Ibu mampu mewujudkan fitrahnya sebagai makhluk yang serba bisa. Sebagai manajer rumah tangga, guru yang ahli dalam mendidik anak, master chef untuk keluarga yang tak melupakan kelembutannya sebagai sahabat dambaan anak-anak serta tambatan hati suami.


Namun setelah beranjak dewasa dan berumah tangga, apa yang sudah kita lakukan untuk Ibu? Dalam beberapa kasus Ibu hanya dijadikan tempat mengadu ketika terjadi konflik dalam rumah tangga anaknya. Artinya kita hanya bisa berbagi masalah dengan Ibu.


Bahkan banyak kisah yang memasukkan Ibunya ke Panti Jompo ketika sudah renta dan mulai sakit-sakitan, karena tidak ingin melihat kotoran dan muntahannya. Sedangkan saat anak mendapat limpahan rezeki, seringkali lupa untuk menikmatinya bersama Ibu. Naudzubillah

Dalam Surat Luqman (31) ayat 14 Allah berfirman : "…..Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua orang tuamu……". 

Mengambil iktibar dari kisah para sahabat Rasulullah, seorang lelaki pernah bertanya kepada Ibn ‘Abbas radhiallahu 'anhuma, “Saya meminang seorang wanita tetapi dia menolak pinangan aku. Setelah itu datang orang lain meminangnya lalu dia menerimanya. Saya menjadi cemburu kepadanya dan saya membunuhnya. Apakah ada taubat untuk saya?” Ibn ‘Abbas bertanya: “Apakah ibu kamu masih hidup?” Dia menjawab: “Tidak.” Ibn ‘Abbas berkata: “Bertaubatlah kepada Allah dan mendekatlah kepadaNya semampu mungkin.” Atha’ bin Yasar (yang hadir sama saat itu) bertanya kepada Ibn ‘Abbas: “Mengapa engkau bertanya kepada lelaki tersebut tentang apakah Ibunya masih hidup?” Ibn ‘Abbas menjawab : “Saya tidak tahu perbuatan yang paling mendekatkan (seseorang) kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala melainkan berbakti kepada Ibu.” (HR. Bukhari). 

Dari firman Allah dan hadits di atas menjadi sebuah cermin bagi kita, sudah berapa besar bakti kita kepada orang tua terutama Ibu yang telah bersusah payah menanggung beban dalam keadaan hamil? Apakah sudah sepenuh hati kita berbuat untuk Ibu sehingga mendapatkan surgaNya? 

Peran sebagai istri 
R a s u l u l l a h Muhammad SAW bersabda: “Andaikan aku diperbolehkan memerintahkan seorang manusia sujud terhadap manusia lain, maka aku akan perintahkan seorang istri sujud kepada suaminya, karena begitu besar haknya kepadanya”. (HR Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majjah, dan Ibnu Hibban).




0 komentar:

Posting Komentar

 

salafudin. Diberdayakan oleh Blogger.


Copyright © Nurul Ilmi All Rights Reserved •