Keblinger

Keblinger

Vol 2 Edisi 11 - SIAPA YANG TAK INGIN MENJADI LEBIH BAIK?

Minggu, 23 September 2012

Malam itu saya berangkat kondangan ke sebuah gedung di bilangan kota Bogor, menghadiri pernikahan kakak teman saya. Saya datang pas di ujung acara. Tidak lama setelah saya memberi selamat, MC mengumumkan, bahwa keluarga dan teman dekat harap menuju halaman samping gedung. Betapa terkejut saya ketika menyaksikan pemandangan yang ada. Koridor gedung dan taman sudah dirubah bak diskotik. DJ terkenal didatangkan, lengkap dengan sorot lampu diskotik yang membuat saya makin pusing. Merekapun berjoget diiringi musik yang membuat kepala seakan mau pecah. Laki-laki, perempuan, mahram dan bukan mahram, tidak peduli! Semua campur aduk jadi satu. Yang tidak terbiasa, tapi takut dibilang kurang gaulpun mencoba berjoget terbawa arus. Masya Allah, dengan perasaan tidak menentu, segera saya tinggalkan ruangan.
Image From: http://renung.com/wp-content/uploads/2012/04/hari-esok.jpg
Beginilah keadaan umat Islam kebanyakan. Termasuk teman saya tadi yang sehari-harinya berkerudung lengkap. Kok bisa ya dia jadi promotor acara yang seperti itu?, tanya saya dalam hati. Mungkin karena ketidaktahuan atau menganggap yang seperti ini boleh atau sekedar maksud menyenangkan kakak yang menikah atau alasan lain. Yang jelas, kefahaman terhadap syariat yang sama-sama kita ketahui berlaku kapanpun dan dimanapun ada di nomor terakhir!

Bukan cuma teman saya, bisa jadi kebanyakan umat kita sekarang seperti ini. Umat ibarat buih, terbawa ombak kemana-mana. Begitu yang diutarakan Rasulullah SAW tentang gambaran akhir zaman. Tidak punya pendirian seolah tidak ada keyakinan. Sudahkah kita sampai di zaman ini? Zaman di mana umat tidak lagi tahu jati dirinya. Mengekor Barat belum sampai, memegang keyakinannya penuh keraguan, tapi mengaku Islam. Kalau umat Islam sendiri sudah malu-malu memilih aturan agamanya atau bahkan memilih gaya dan jalan umat lain (meskipun de jure masih Islam) bagaimana umat ini akan bangkit dan merubah dunia? Maju dan bangkit. Seperti apa seharusnya? Islam gaul yang berjoget, kenal juga diskotik seperti teman saya atau yang bagaimana? 

Apa itu kebangkitan? 
Disadari atau tidak, semua orang menginginkan kebangkitan terjadi dalam dirinya, keluarga dan kerabatnya, lingkungannya atau bangsanya. Ibarat air yang berada dalam kondisi buruk bila tergenang, tidak mengalir, diam di satu tempat. Bahkan berlumut dan berbau. Berbeda bila air itu mengalir, akan tetap jernih, tidak akan berbau, malah bisa dipakai bersuci. 

Perubahan ke arah yang lebih baik secara fithrah diinginkan setiap manusia. Siapa yang tidak ingin keadaannya menjadi lebih baik? Sampai-sampai Indonesiapun punya Hari Kebangkitan Nasional yang baru kita peringati. Saking butuhnya sebuah kelompok atau bangsa berubah dan bangun. Menurut Syaikh Hafidz Shalih, maksud dari kebangkitan ialah perpindahan umat, bangsa atau individu dari suatu keadaan menuju ke keadaan yang lebih baik (Hafidz Shalih, Falsafah Kebangkitan : Dari Ide Hingga Metode (terj. An-Nahdhah)). Seseorang akan melangkah pasti bila dia yakin, tidak bingung dengan apa yang akan dilakukannya. 

Kalau seseorang mengaku Islam, percaya bahwa Allah penentu dan pengatur kehidupan, tapi masih harus bertanya ke ‘orang pintar’ untuk bertanya masalah hari baik, masih percaya ada aturan lain yang lebih baik dari aturan Allah, bagaimana masalahnya bisa diselesaikan? Ibarat berdiri, bila ada di dua tempat yang berbeda, mana bisa tegak? (percaya kepada Allah, tapi juga percaya kepada selain Allah/’orang pintar’). 

Sesungguhnya majunya umat adalah ketika umat ini mendapat jawaban dan pegangan yang tak tergoyahkan. Jawaban terhadap semua masalah kehidupan inilah yang disebut dengan aqidah. Di mana aqidah merupakan keyakinan ideologis, yang menjawab bahwa kita berasal dari Allah, hidup dengan aturanNya, dan akan kembali kepadaNya, yang tertuang dalam rukun iman yang enam. 

Bagaimana seseorang beriman kepada Allah dengan keimanan yang benar dan dinamis, bahwa hidup dan mati kita, rizki dan jodoh kita ada di tangan kekuasaanNya; meyakini di dunia ini ada malaikat yang mengawasi dan mencatat amal perbuatan, dan lain-lain; ada kitab Allah sebagai tuntunan hidup; beriman kepada Rasul Allah yang menuntun kehidupan manusia; ada hari akhir di mana pada akhirnya manusia harus bertanggung jawab kepada Allah dan hanya Allahlah yang kuasa menentukan taqdir kehidupan seseorang. 

Betapa lengkap Islam menjawab segala yang manusia tidak ketahui, memecahkan segala masalah, memberi keyakinan kuat yang membangkitkan! Tak perlu lagi aturan dan jawaban dari agama dan ideologi lain. Kita tahu bahwa kita berasal dari Allah, ketika kita ‘dilepas’ di dunia, menghadapi segala masalah kehidupan, aturan Allah sudah disiapkan. Akhirnya, kepada Allah kita harus bertanggung  jawab terhadap pilihan dan gaya hidup kita. Kita ini memang harus mulai merubah gaya hidup yang sekedar memperturutkan hawa nafsu menjadi gaya hidup dengan muatan spiritual, gaya hidup yang menghadirkan Allah di tiap sisi kehidupan kita, gaya hidup mencari keridloan Allah!

Tidak hanya sekedar bertahan hidup, sehingga mau mengambil jalan bathil, menyalahi aturan Allah, tidak hanya ikut-ikutan hanya sekedar takut ditinggalkan oleh warga dan kelompok masyarakat, tidak melakukan sesuatu hanya sekedar ingin pengakuan manusia, karena kita ini hanya bertanggung jawab kepada Allah SWT semata. Islam bukan sekedar bahan pembicaraan di seminar dan masjid, tapi Rasulullah SAW ajarkan di tiap sendi kehidupan para sahabat.  

0 komentar:

Posting Komentar

 

salafudin. Diberdayakan oleh Blogger.


Copyright © Nurul Ilmi All Rights Reserved •