Keblinger

Keblinger

Dalamnya Lautan Hijrah

Selasa, 06 November 2012
0 komentar
Waktu terus berjalan dan setiap insan mengalami perubahan dari satu masa dan kejadian yang satu menuju  ke yang lain. Berpindah tempat, berubah sikap dan perbuatan adalah sesuatu yang terjadi dari masa ke masa. 
Peristiwa dan sejarah hijrah Rasul SAW adalah tonggak perubahan dan salah satu siasat dalam menunaikan dakwah Islam. Banyak hal yang bisa kita ambil hikmah dari perjalanan hijrah yang dilakukan insan mulia ini beserta para sahabatnya. 

Edisi 4/Vol.III/2012/17 Dzulhijah 1433 H
Sub Menu:
Salam
Mutiara Hikmah
Serba-Serbi

Salam


Waktu terus berjalan dan setiap insan mengalami perubahan dari satu masa dan kejadian yang satu menuju ke yang lain. Berpindah tempat, berubah sikap dan perbuatan adalah sesuatu yang terjadi dari masa ke masa. 
Peristiwa dan sejarah hijrah Rasul SAW adalah tonggak perubahan dan salah satu siasat dalam menunaikan dakwah Islam. Banyak hal yang bisa kita ambil hikmah dari perjalanan hijrah yang dilakukan insan mulia ini  beserta para sahabatnya. 
Semoga bahasan buletin saat ini bisa menjadi inspirasi pembaca dalam memaknai hijrah. Amin. 



Mutiara Hikmah

 “Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak menerima amal perbuatan tanpa amal.” (HR. Ath-Thabrani).


Dalamnya Lautan Hijrah

Abu Hindun Al-Bajalli RA bercerita : “Ketika kami sedang duduk bersama Mu’awiyah bin Abi Sufyan RA, sungguh beliau sudah memicingkan kedua matanya karena mengantuk. Lalu kami bercerita mengenai hijrah. Di antara kami ada yang mengatakan bahwa hijrah telah berakhir dan yang lainnya mengatakan bahwa hijrah belum berakhir. Maka Mu’awiyah RA pun terbangun seraya berkata : ‘Apa yang sedang kalian bicarakan?’ maka kami memberitahukan kepadanya, lalu iapun mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Hijrah tidak akan berakhir sampai tertutupnya pintu taubat. Dan taubat tidak akan berakhir hingga matahari terbit dari sebelah Barat”” (musnad Ahmad, hadits no 17030 bab Fil Hijrah Hal Inqotho’at no 2479).
Apa itu Hijrah? 
Hijrah, menurut bahasa berarti meninggalkan (attarku) misal : kebiasaan buruk atau berpindah (al-intiqaal), misal : berpindah dari satu negeri ke negeri lainnya. Dalam bahasa fikih diartikan: berpindahnya kaum muslimin yang tertindas dari Darul Kufur (negeri yang berada dibawah kekuasaan orang kafir seperti Makkah di masa Nabi SAW) ke Darul Iman atau Darul Islam (negeri yang berada dibawah kekuasaan kaum muslimin seperti Madinah). Hijrah juga memiliki arti, meninggalkan perbuatan haram dan maksiat, atau ritual syirik dan bid'ah, kemudian menuju kehidupan baru yang lebih Islami. Hijrah yang paling monumental adalah hijrahnya Rasul SAW dan para sahabatnya dari Makkah ke Madinah. Al-Qur’an menyebutkan banyak sekali keutamaan hijrah ini dan mengabadikan penyebutan sahabat yang hijrah dengan penyebutan yang mulia, yaitu muhajirin. Sedangkan sahabat yang menerima Rasul dan muhajirin mendapat sebutan mulia pula, yaitu anshar (penolong). Keduanya adalah pilar dakwah paling utama dari generasi awal. “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” (QS At-Taubah 100).Ketika itu kekejaman musyrikin Quraisy memang sudah mencapai puncaknya. Pemimpin-pemimpin Quraisy mengadakan pertemuan di Dar Al-Nadwah. Dalam pertemuan tersebut diusulkan agar Rasulullah ditangkap dan dirantai, sedangkan pendapat yang lain mengatakan agar dilempar jauh-jauh ke tengah padang pasir. Tetapi yang disepakati adalah membunuh Rasulullah SAW dengan memberi tanggung jawab pembunuhan pada semua Qabilah. Jadi, pembantaian dan pemusnahan dakwah dijadikan konsensus nasional Quraisy. Masya Allah, memang hawa nafsu membutakan mata hati. Tapi sebesar apapun makar manusia, memang Allahlah sebaik-baik pembuat makar!Kemudian turunlah wahyu Allah yang memerintahkan Nabi SAW untuk bergerak. Sejak pertemuan pemimpin Quraisy tersebut, rumah Rasulullah SAW selalu dibayang-bayangi oleh orang-orang yang hendak membunuhnya. Pada puncak upaya mereka, rumah Rasulullah SAW dikepung. Tapi dengan izin Allah, Rasulullah SAW berhasil lolos dari kepungan maut itu, karena Allah telah membutakan mereka. Padahal Rasulullah SAW berlalu dengan tenang di hadapan mereka sambil membaca QS Yaasin 1-9.Rasulullah SAW pun berangkat menuju rumah Abu Bakar, mengkabarkan bahwa Allah telah mengizinkan untuk keluar berhijrah. Tak ada kepentingan lain dalam pemikiran dua manusia ini, kecuali mencari ridlo Allah, mengangkat, menjaga, dan meninggikan agama Allah! Kecintaan kepada Allah ada di atas segalanya. Banyaknya harta dan keluarga yang dicintai dengan rela mereka tinggalkan. Yang meleleh adalah air mata bahagia. Bahagia memandang harapan baru. Harapan di mana Islam akan tumbuh di bumi yang lebih subur. Tak terpikirkan keberatan apapun hingga Aisyah berkomentar, “Saya tidak pernah merasakan sama sekali sebelum hari itu seseorang menangis karena senang, sehingga saya melihat Abu Bakar hari itu menangis.” Begitulah Abu Bakar, seseorang yang telah dijanjikan surga, bahagianya adalah bagaimana beliau bisa menjaga Rasulullah SAW, menjaga Islam! Tentu, perjalanan hijrah bukanlah perjalanan mudah tanpa tantangan. Setelah mengetahui Rasulullah SAW beranjak meninggalkan Makkah, musyrikin Quraisy mengejar dan sangat bernafsu menangkap Rasulullah SAW. Setelah tidak berhasil, pemimpin Quraisy menjanjikan hadiah 100 onta bagi yang berhasil menangkap Rasulullah SAW, hidup atau mati. Suraqah bin Malik adalah seorang yang terkenal kejam dan sangat berambisi untuk memenangkan hadiah. Dengan semangat berkobar ia memacu kudanya memburu kedua orang yang hendak berhijjrah tersebut. Manusia jenis Suraqah ini ada di mana-mana. Dia merupakan proto type manusia yang suka menjual kehormatan, hati nurani dan identitas dirinya demi mendapat hadiah dan kemasyhuran.Akan tetapi Iradah dan pertolongan Allah selalu bersama orang yang diridloiNya. Dalam pengejaran, Suraqah bersama kudanya jatuh tersungkur berkali-kali setiap akan mendekati sasaran. Setelah jatuh ketiga kalinya ia meminta keamanan dan perlindungan dari Rasulullah SAW. Setelah mendapatkannya Rasulullah SAW menjanjikan pemberian yang jauh lebih besar dari apa yang dijanjikan oleh Quraisy, yaitu dua gelang tangan milik raja Kisro (Persi). Dia menyadari bahwa yang dikejar bukanlah sekedar dua orang laki-laki yang sedang berjalan jauh, tetapi ia sedang menghadapi kenyataan munculnya tentara Allah yang tidak terlihat. Tidak lama kemudian ia hentakkan kendali kudanya, berbalik dan lari ke Makkah. Iapun tampak seperti anjing kelaparan yang memelas. Meski penuh tantangan, rintangan dan pengorbanan, sampailah dua manusia pilihan ini di pinggir kota Madinah (di Quba') pada hari Senin, tanggal 8 Rabi’ul Awwal, tahun ke empat belas kenabian. Begitu penting tonggak perjuangan hijrah Rasulullah SAW, sehingga hijrah bermakna abadi, sepanjang masa. Tidak ada dari kalangan kita yang menyertai hijrah Rasulullah SAW. Sehingga, sejauh apapun kita gambarkan, tak akan bisa menyelami kebersamaan Rasulullah SAW dan para sahabat dengan Allah. Kegoncangan, keterasingan, penentangan, tetap jauh kita selami, sebagaimana Rasulullah SAW katakan :”Jika kamu sekalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan sedikit sekali tertawa dan banyak menangis.”Setiap saat adalah momen tepat untuk berhijrah. Karena sesungguhnya setiap manusia mempunyai hasrat untuk berubah. Sebagaimana anak bayi yang berusaha untuk berjalan. Dia akan terus berusaha agar bisa berjalan. Diawali dengan satu-dua langkah kemudian jatuh. Besoknya diulang lagi hingga bisa melangkah beberapa langkah namun tidak jatuh karena dia berusaha dan terus mencari cara supaya bisa berjalan dengan baik. Ini adalah awal suatu perubahan yang ada dalam hasrat manusia.Teman saya bercerita tentang kisah nyata yang baru dibaca, bahwa ada seorang ibu yang menghafal Al-Qur’an di umur 50 an dan ternyata dia berhasil! Memang semua keinginan harus disertai usaha keras, tanpa kenal letih dan merasa lemah. Semua usaha memang tidak manis, karena Rasulullah SAW bersabda, “Surga dikelilingi dengan sesuatu yang tidak disukai.” (HR Muslim) Sebuah khabar yang berasal dari perkataan seorang tabiin, Yahya bin Abi Katsir RA dikutip oleh Imam Muslim saat membahas tema waktu-waktu shalat : “Ilmu tidak akan diperoleh dengan fisik yang gemar istirahat.” Ibnul Qayyim Al Jauziyah RA pun mengatakan : “Aspek-aspek penyempurna semuanya takkan bisa didapat kecuali dengan kesulitan. Tak seorangpun bisa melewati kecuali melalui jembatan keletihan.” Letih, tertekan, sulit, memang harus kita lalui, bukan untuk kita hindari. Karena usaha dengan niat yang bersihlah yang berbuah pahala.Tengoklah ketika Rasullullah mencari perlindungan di Tha’if (75 Km dari Makkah). Jalan yang jauh ini ditempuh dengan berjalan kaki. Di sana Rasulullah tidak mendapat sambutan baik apalagi perlindungan, malahan beliau diusir dan dilempari dengan batu-batuan. Ketika berlindung di sisi kebun milik ‘Utbah bin Rabi’ah dari lontaran-lontaran batu penduduk Tha’if, beliau memanjatkan do’a kepada Allah: ”Asalkan Engkau tidak murka, aku tidak mempedulikan hinaan ini.”………Pelajaran dari sirah Rasulullah adalah ruh yang harus kita bawa dalam semua tarikan nafas. Semangat generasi terbaik ibarat bahan bakar yang siap membara dalam dada kita, menumbuh suburkan ghirah (gairah/semangat) Islam, agar serasa kita hidup dan berjuang bersama mereka. Wallahu a’lam bi showab.

 
Serba-Serbi


Baca selengkapnya »

Syukur, Sabar dan Ikhlas dengan Ketentuan Allah

Jumat, 02 November 2012
0 komentar
Idul Fitri lalu, Allah pertemukan saya dengan teman lama. Dia bercerita tentang masalah pelik dalam rumah tangganya. Suaminya mendapat promosi jabatan dan harus pindah keluar daerah, sedangkan dia berat untuk ikut karena harus meninggalkan karir yang sudah lama dirintis. Kabar teman yang lain kondisi rumah tangganya sedang mengalami masalah serius. Usahanya mengalami kebangkrutan bersamaan dengan istrinya minta cerai. Ada tiga anak yang masih butuh kasih sayang dan biaya pendidikan. Belum lagi setelah dia bangkrut teman bisnisnya malah menghilang. Sebagai teman saya prihatin dan hampir menyalahkan orang-orang yang mendzaliminya. 

Namun saya tertegun setelah teman saya berkata, “Ini bukan salah mereka, ini tentang saya dengan Allah.” “Tentang saya dengan Allah”…..agak lama kata ini hinggap di benak saya. Sepertinya asing dan jarang seseorang yang mendapat musibah berkomentar demikian. Tapi setelah saya renungkan, memang itulah hakekat hidup. Segala yang terjadi, berupa nikmat ataupun kesusahan, semua ada dalam satu kata kunci : antara hamba dengan Allah. Tidak ada kejadian yang salah menimpa atau kata kebetulan untuk sebuah ketetapan Allah. 

Biidznillah, segala sesuatu terjadi. Seorang mukmin memang sosok yang dibekali dengan cara pikir terarah, agar tidak larut dan tersesat dalam kehidupan. Allah haruskan seseorang memegang teguh aqidah, agar menjadi mulia dan tidak terpuruk dalam kehidupan. Karena hanya dengan aqidahlah kita menjadi kaya. Memiliki sesuatu yang sangat mahal, karena keyakinan akan Allah dibalik semua kejadian. Seperti kita lihat bagaimana Allah menguji pemilik kebun yang dikisahkan dengan indah dalam Al Qur’an surat Al Qalam.

Ketika pemilik kebun dengan yakinnya akan memanen hasil kebun di pagi hari, mereka benar-benar terkejut ketika mendapati kebun tersebut telah hitam legam! Merekapun duduk berhadapan cela mencela sambil menyadari sesungguhnya mereka termasuk orang yang dzalim. Sambil menyadari dosa-dosa, mereka bertasbih, berharap ganti yang lebih baik, dan memohon ampunan dari Allah…….. 

Permasalahan Hidup 
Siapa sih yang nggak punya masalah dalam hidupnya? Sebuah pertanyaan klise dan retoris yang sering kita dengar. Ini menggambarkan bahwa hidup dan masalah adalah sebuah keniscayaan. Namun sayang kadang kesadaran itu gampang sekali sirna ketika kita mendapat masalah yang berat. Kita menjadi berlebihan dalam menyikapinya dan merasa dunia ini tidak berpihak pada kita. Firman Allah dalam QS Al Kahfi 7 : “Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada dibumi sebagai perhiasan baginya untuk Kami uji mereka, siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya”. 

Demikian juga dalam QS Al Ankabut : 2-3: “Apakah mereka mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, kami telah beriman dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta” Sebagai manusia yang beriman kita harus menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pada hakekatnya hanyalah ujian. 

Allah SWT menguji manusia dari kedua sisi, yaitu berupa kenikmatan dan kesengsaraan. Namun kebanyakan berbagai permasalahan hidup yang dikeluhkan manusia adalah mengenai kesulitan seperti kemiskinan, kekurangan, kebangkrutan, kehilangan, musibah, penyakit, kemiskinan, dan sebagainya sehingga hidup kita menjadi tertekan, gundah, bahkan putus asa. Kita pun seolah-olah menjadi orang yang paling menderita di dunia dan berubah menjadi murung, lesu bahkan marah. Naudzubillah, semoga kita terhindar dari sikap-sikap tersebut. Kalau keadilan Allah tidak diragukan maka perasaan sakit, sedih, dan kecewa tersebut hanyalah sebuah proses awal untuk menerima segala yang terjadi. 

Ikhlas dan Sabar 
“Dan sungguh Kami akan berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan : “Inna lillaahi wa inna ilaihi rooji’uun”. Mereka itulah yang mendapat mendapat petunjuk” (QS Al Baqarah :155-157). Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa ucapan Inna lillaahi wa inna ilaihi rooji’uun yang artinya sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya kami kembali yang diucapkan seorang hamba ketika ditimpa musibah adalah tanda kesabaran. 

Hamba yang sabar menghibur diri dengan ucapan tersebut dan mereka mengetahui bahwa diri mereka adalah milik Allah. Ia merperlakukan hambaNya sesuai dengan kehendakNya. Selain itu mereka juga mengetahui bahwa Dia tidak akan menyia-nyiakan amal mereka meski hanya sebesar biji sawi pada hari kiamat. Hal itu menjadikan mereka mengakui dirinya hanyalah seorang hamba di hadapanNya, dan mereka akan kembali kepadaNya di akhirat kelak. Sabar dan ikhlas akan sangat sulit dilakukan apabila kita tidak mampu menyadari dan meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah ujian dari Allah SWT. Harta, karir, rumah, mobil mewah, anak dan keluarga adalah ujian dan titipan dari Allah SWT. Apakah dengan memilikinya kemudian kita bersyukur atau malah menjadi kufur? Banyak orang yang lemah imannya akan terlena dengan kenikmatan dan kemewahan bahkan menjauhkan diri dari Allah dan jarang sekali bersyukur. 

Ini bukanlah akhlak orang beriman. Dalam surat Al Hadiid ayat 20 Allah berfirman :“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaanNya. 

Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” Dengan memahami sebaik-baiknya bahwa Allah lah pemilik yang sebenarnya atas segala sesuatu yang ada di dunia ini dan kita hanyalah pihak yang dititipi, maka ketika Allah mengambilnya, insya Allah kita akan lebih mudah merelakannya. Sesungguhnya dalam setiap cobaan berat yang Allah berikan pasti ada hikmah dan pahala yang menyertai jika sabar dan ikhlas menerimanya. 

Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin, semua urusan baik baginya, yang demikian itu tidaklah dimiliki seorangpun kecuali hanya orang yang beriman. Jika mendapat kebaikan ia bersyukur, maka itu merupakan kebaikan baginya. Dan jika keburukan menimpanya ia bersabar, maka itu merupakan kebaikan baginya” (HR Muslim). Setiap perbuatan akan diketahui pahalanya kecuali kesabaran, karena pahala kesabaran itu tanpa batas, sebagaimana firman Allah SWT : “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS Az Zumar : 10). Ada juga yang menafsirkannya bahwa orang yang sabar itu akan masuk surga tanpa melalui suatu proses hisab. Masya Allah…! 

Pada hakekatnya masalah terjadi saat realitas tidak sesuai dengan keinginan kita. Ketika seorang mukmin sadar bahwa realitas adalah ketetapan Allah, maka dia akan menerima dengan ikhlas ketika keinginannya tidak tercapai. Jika keikhlasan dibarengi dengan kesabaran untuk menyelesaikan masalah sesuai aturan Allah maka sungguh pertolongan Allah itu  dekat. Insya Allah.


T E R O P O N G

Bagi masyarakat Indonesia, Idul Fitri dan Halal bi Halal bagaikan dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Setelah manusia berbuat baik kepada Allah dengan berpuasa sebulan penuh mengabdikan diri kepadaNya maka pada momen Idul Fitri dan Halal bi Halal giliran mereka meneguhkan kesadaran persaudaraan antar sesama dengan saling memafkan dan berbagi keceriaan. 

Demikian berita yang dimuat Republika Online tanggal 28 Agustus 2012. Fenomena ini terjadi di tanah air dan telah menjadi tradisi di negara-negara rumpun Melayu. "Jika kegiatan Halal bi Halal diniatkan untuk menyambung dan mempererat tali silaturrahim maka kegiatan tersebut justru bisa bernilai ibadah", begitu ungkap ketua DKM Al Ikhlas dalam sambutan acara Halal bi Halal pada hari Minggu tanggal 09 September 2012. 

Ustadz Syaefuddin pun menambahkan dalam ceramahnya, "Silaturrahim adalah refleksi ajaran Islam yang menekankan sikap persaudaraan, persatuan dan saling memberi kasih sayang." Momen indah ini memang belum dioptimalkan oleh seluruh warga RW15 karena ada sebagian warga yang tidak bisa hadir. Mungkin karena acara yang bentrok mengingat hampir seluruh masyarakat mengadakan Halal bi Halal pada bulan Syawal. Semoga setelah puasa sebulan, merayakan Idul Fitri dan saling bermaafan, kita makin bersemangat menghidupkan rumah Allah. Amin.



SERBA SERBI
Cara Merawat Sepatu Kulit


Untuk menjaga agar sepatu kulit yang kita miliki lebih awet, berikut ada beberapa hal yang bisa kita lakukan yaitu :
  1. Setiap kali sehabis dipakai, bersikan sepatu dengan cara menggosoknya degan sepon kering, sumpal bagian dalam sepatu dengan kertas atau kain dan simpan dalam kardus sepatu atau kantung kain.
  2. Jika sepatu kita basah segera dilap dengan kertas koran dan dijemur dalam keadaan berdiri di tempat yang teduh, setelah kering semirlah sepatu.
  3. Kalau sepatu kulit kena kotoran/noda gosoklah dengan sepotong bawang bombai lalu dilap dengan kain yang lembut. Jika harus dicuci gunakan sabun atau sampo yang lembut jangan menggunakan deterjen lalu jemur di tepat yang teduh.
  4. Jangan simpan sepatu dalam kantong plastik karena udaranya akan lembab yang menyebabkan sepatu berjamur.
  5. Keringat pada kaki saat memakai sepatu lama kelamaan bisa membuat sepatu dan kaki menjadi berbau. Untuk menghindari bau sebaiknya sebelum memakai sepatu, kaki dilap dulu sampai benar-benar kering, lalu taburkan bedak bayi terutama pada celah-celah jari, taburkan juga pada bagian dalam sepatu.
Mudah-mudahan bisa menjadi solusi, dan selamat mencoba.
Baca selengkapnya »

VISI HAKIKI SEBUAH KELUARGA

0 komentar


Ketika ibu ingin bepergian menuju suatu tempat, ibu pasti sudah tahu atau sudah mencari tahu dengan kendaraan apa harus menuju ke sana. Bayangkan seandainya ibu ingin berbelanja ke Pasar Anyar tapi tidak tahu harus naik angkutan nomer berapa, atau rute menuju ke sana, apakah bisa mencapai Pasar Anyar? Tentu tidak. Jadi ketika ibu punya tujuan namun tidak tahu jalan menuju ke sana, maka ibu tidak akan pernah sampai pada tujuan tersebut.

Suatu ketika saya harus pergi ke Jawa Timur dengan kendaraan umum. Mulailah saya membeli tiket bus. Banyak tiket bus ditawarkan, namun saya tidak tergoda untuk membeli tiket selain bus yang punya trayek ke kota tujuan saya saja Dalam keberangkatan dari rumah menuju pool bus, saya melewati banyak toko, mall dan banyak rumah makan, namun saya tidak tergoda. Apabila saya singgah, bisa-bisa ketinggalan bus. Jadi, ketika kita punya tujuan yang jelas, maka godaan apapun tak akan mengganggu. Kita akan mampu menipiskan rayuannya bahkan menolaknya.


Visi keluarga 
Dua buah analogi diatas menggambarkan tentang pentingnya sebuah visi. Visi keluarga adalah suatu impian atau cita-cita yang ingin diraih oleh sebuah keluarga. Visi yang jelas membuat keluarga anda fokus, sehingga keluarga anda bisa mengoptimalkan potensi secara efisien, tidak mubazir. Visi juga bisa dijadikan pemandu arah, kemana keluarga akan kita bawa, sehingga ketika kita melenceng dari arah tersebut, dengan mudah bisa kita luruskan kembali.Dalam sebuah keluarga antara suami dan istri harus punya visi yang sama. 

Bayangkan jika suami istri hendak bepergian, setelah keluar rumah , suami naik bus jurusan Sukabumi istri naik jurusan Jakarta, apakah bisa bertemu? Jika suami istri punya visi yang berbeda, alangkah kasihan anak-anak, mereka bingung harus ikut yang mana, ayah atau ibu. Alhamdulillah kita menjadi seorang muslim. Allah telah memberikan sebuah visi bagi keluarga kita. Visi keluarga yang tak akan pernah salah jika kita ikuti, karena visi tersebut berasal dari sang pencipta manusia. 

Allah SWT berfirman dalam Al Quran yang artinya : dan orang-orang yang berkata : ”Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertakwa.”(QS. Al-Furqan : 74). Ini juga merupakan doa yang setiap hari kita lantunkan untuk keluarga dan anak-anak kita. Allah SWT berfirman, “ Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka (kami kumpulkan dengan bapak-bapak mereka dalam surga), dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (QS. Ath-Thur : 21)

Jadi, visi sebuah keluarga muslim adalah menjadi penyejuk pandangan mata. Yaitu yang beriman dan beribadah kepada Allah serta menjalankan peraturannya dalam kehidupan sehari-hari mereka sehingga dapat menyejukkan mata dan menyenangkan hati orang tua, sekaligus dipersiapkan menjadi pemimpin bagi orang-orang beriman yang mana dengan amal perbuatannya itu dapat dimasukkan ke dalam surga Al Jannah. Keinginan memiliki keluarga yang menjadi qurrata a’yun atau penyejuk pandangan mata, apa makna kata qurrata a’yun tersebut? Ibnu Abbas memaknai qurrata a’yun sebagai keturunan yang mengerjakan ketaatan kepada Allah SWT sehingga membahagiakan orang tuanya di dunia dan di akhirat. Anak yang taat kepada Allah akan menjadi penyejuk pandangan mata orang tuanya dengan bakti dan pelayanannya. 

Belum lagi doanya yang senantiasa mereka lantunkan dan mampu meningikan derajat bapak ibunya di alam akhirat kelak di surga. Masya Allah, begitu indahnya Islam memberi sebuah acuan. Sebagai orang tua, kita dapat merasakan betapa anak yang cantik ataupun tampan tidaklah menjadi penyejuk hati kalau dia selalu membuat kita resah dengan kenakalannya. Di hari ini banyak generasi kita yang hanya bisa meminta dan menuntut kepada orang tua mereka tanpa sedikitpun memberi. Generasi seperti ini hanya bersemangat menuntut haknya namun bahkan tidak tahu apa kewajiban kepada ibu bapaknya, karena mereka tidak terbingkai dengan akhlakul karimah dan ketaatan kepada Allah SWT terutama adab dan sopan santun kepada orang tua. Naudzubillah.

Termasuk dalam visi tersebut adalah menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa. Sungguh agung dan mulia yang Allah harapkan dari sebuah keluarga. Generasi dan keluarga kita diharapkan menjadi pemimpin yang beriman dan bertakwa bagi orang-orang yang bertakwa yang sama-sama taat kepada Allah SWT. Bukan pemimpin yang rusak iman dan akhlaknya yang dianggap terbaik dari yang buruk. Bukan pula pemimpin hebat di tengah kaum munafik, sehingga tak mampu menghadirkan sebuah kemajuan dan keberkahan. Firman Allah ini mengharapkan terlahirnya seorang pemimpin pilihan diantara orang-orang yang bertakwa. Jika demikian, masihkah kita bingung menentukan arah kemana dan mau jadi apa anak dan keluarga kita?

Bagaimana Mencapai Visi Keluarga Islam?
Setelah kita tahu visi keluarga kita, tentu kita harus paham betul bagaimana cara mencapainya. Seperti analogi di atas, ketika kita punya tujuan ke Pasar Anyar tapi tidak tahu rute dan angkotnya, maka kita tidak akan pernah sampai.

Jaman kejayaan Islam telah melahirkan ilmuwan-ilmuwan hebat berkelas dunia, yang juga ahli agama. Mereka adalah pemimpin orang-orang beriman bahkan menjadi pemimpin dunia. Islam telah membuktikan bahwa dengan mendalami Al Quran secara utuh, menghafalnya dan memahami isinya, manusia menjadi mudah untuk memahami visi dan misi kehidupan di dunia ini, sekaligus faham ilmu-ilmu yang dibutuhkan di dunia (pertanian, perniagaan, sains, teknologi dan lainnya). 

Ambillah Ibnu Khaldun sebagai contoh, beliau hafal Al Quran di usia 7 tahun. Beliau dikenal sebagai sejarawan dan sosiolog. Seorang Ibnu Qoyyim yang dikenal sebagai ahli di bidang agama (tafsir, fikih dan sebagainya), ternyata mampu menulis buku tentang thibbun nabawi (Pengobatan ala Nabi) yang di hari ini menjadi tren pengobatan alternatif. Beliau juga ahli di bidang psikologi dan ilmu politik. Seorang pemimpin muslim yaitu Umar bin Abdul Aziz yang dapat menyelesaiakan masalah umat Islam di seluruh dunia hanya dalam waktu 29 bulan, hafal Al Quran sejak kecil. Mereka hanya sebagian kecil dari sekian banyak tokoh Islam yang telah dicatat dunia dengan tinta emas. Fenomena sejarah tersebut haruslah menjadi pelajaran buat kita.

Kebesaran para tokoh diatas dicapai karena Al Quran dijadikan sumber pertama dan utama ilmu. Allah SWT mengutus manusia untuk memakmurkan bumi, sedangkan Al Quran  adalah panduan yang diciptakan Allah, Sang Pencipta manusia. Sehingga sangat relevan bila Al Quran dan tentu juga Sunnah Nabi yang bisa dijadikan alat manusia untuk memakmurkan bumi. 

Jadi jelaslah, untuk mencapai visi keluarga, kita harus kembali kepada Al Quran dan As-Sunnah. Menjadilan Al Quran dan Hadits-hadits Nabi sebagai panduan hidup keluarga kita. Tentu, menghafal Al Quran adalah langkah awal, selanjutnya kita dituntut untuk mengerti maknanya, mentadaburinya, mengamalkan dan mengajarkannya. Setelah itu, baru kita ajarkan Hadits, Fikih dan ilmu-ilmu Islam lainnya. Maka saatnya kita belajar, belajar dan belajar. Memperbesar kapasitas kita tentang Al Quran dan ilmu-ilmu keislaman. Kita berpacu dengan waktu, maka janganlah lengah dengan tipu daya setan yang dengan gembira akan memalingkan kita dari visi hakiki keluarga kita.


T E R O P O N G

Tahun ini adalah tahun ke 2 kegiatan belajar mengajar TPQ Al Ikhlas. Sederetan evaluasi dan cita-cita yang diselaraskan dengan visi menjadi pertimbangan pengurus untuk berbenah. Revisi terbaru bagi pendidikan “santri imut” di musholla kita adalah penerapan kurikulum baru berbasis Tahfidzul Qur’an pada tahun ajaran 2012-2013.Kurikilum dengan basis Tahfidzul Qur’an ini diharapkan bisa menjadi standar atau acuan baku bagi TPQ yang notabene memiliki santri yang sangat beragam dari sisi social dan ekonomi. 

Dengan alasan keragaman ini pula dasar Tahfizdul Qur’an diharapkan mampu menghasilkan lulusan dengan kualitas sesuai standar yang diharapkan.63 santri dari lingkungan BDB dan Muara Beres yang merupakan input dari sebuah proses pendidikan (dengan kurikulum baru tersebut) semoga bisa menghasilkan output sesuai harapan. Tentu, dukungan orang tua, lingkungan (DKM dan masyarakat) tak bisa dipisahkan dari keberhasilan TPQ. Sinergi semua pihak diharapkan bisa menjadi pencerahan bagi dakwah Islam secara umum dan khususnya bidang pendidikan. Semoga keberkahan selalu Allah limpahkan. Amin.


SERBA SERBI
Mengupas Bawang Dalam Jumlah Banyak Tanpa Air Mata

Saat mengupas bawang merah mata kita suka perih. Hal ini disebabkan oleh minyak atsiri yang terkandung dalam bawang. Untuk menghindari hal tersebut, masukkan bawang dalam air mendidih selama 2 menit lalu tiriskan dan siram dengan air dingin untuk menghentikan proses pemasakan. Cari tempat yang terbuka dan jangan memotong bagian atas dan bawah bawang karena di situlah berkumpul zat atsiri. Bila bawang akan diiris, sebelumnya masukkan dulu beberapa waktu dalam lemari es. Selamat mencoba.

Baca selengkapnya »

Lomba Menulis

3 komentar

Dewan Redaksi Buletin Muslimah Nurul Ilmi

Mengundang kaum Muslimah dalam

LOMBA MENULIS


Dengan total hadiah Rp. 600.000,-

Dibuka kesempatan kepada muslimah yang gemar menulis untuk berpartisipasi dalam lomba 
menulis yang diadakan oleh Buletin Muslimah Nurul Ilmi di Milad ke-2.



Ketentuan lomba : 
  1. Muslimah, tulisan berbentuk feature yang menggugah dan bisa mengajak ke arah yang lebih baik
  2. Tema tentang kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan muslimah dilengkapi dalil dari Al-Qur’an / Hadits
  3. Jenis tulisan times new roman ukuran 12pt, spasi 1.5, panjang +/- 1000 kata
  4. Materi tulisan silakan kirim berupa soft copy ke nurulilmi_bdb2@yahoo.com 
  5. Batas akhir pengiriman sampai dengan 31 Desember 2012.

Baca selengkapnya »

NASIHAT SYAWAL UNTUK ANAK DAN ORANG TUA

Rabu, 31 Oktober 2012
0 komentar
Bulan Syawal akan me-nyapa. Kebahagiaan kembali hadir saat berkumpul ber-sama keluarga besar. Namun semoga keutamaan pahala di bulan Syawal pun bisa kita raih bersama anak, tak sekedar gemerlap sesaat tanpa makna.

Edisi 1/Vol.III/2012/13 Ramadhan 1433 H
Sub Menu:
Salam
Mutiara Hikmah
Teropong
Serba-Serbi


Salam



Bulan Syawal akan me-nyapa. Kebahagiaan kembali hadir saat berkumpul ber-sama keluarga besar. 

Namun semoga keutamaan pahala di bulan Syawal pun bisa kita raih bersama anak, tak sekedar gemerlap sesaat tanpa makna.  Selamat membaca, se-moga bisa memanfaatkan momen Syawal dengan sebaik-baik amalan bersama anak dan keluarga besar. Aamiin.



Mutiara Hikmah

Diriwayatkan dari Aisyah RA : seseorang bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “Apakah amal (ibadah) yang paling dicintai Allah?” Nabi Muhammad SAW bersabda, ”Amal (ibadah) yang dilakukan secara tetap meskipun sedikit”. (HR. Bukhari)


NASIHAT SYAWAL UNTUK ANAK DAN ORANG TUA

Ramadhan akan berlalu, Syawalpun datang menjelang. Sudah selayaknyalah umat Islam berada dalam keadaan yang lebih baik dalam keimanan karena telah melewati Ramadhan yang merupakan bulan tarbiyah (pendidikan) dan training (pelatihan) bagi kita. Bukankah wajar jika seseorang yang baru keluar dari masa pendidikan atau pelatihan memiliki kecakapan dan pengetahuan yang lebih baik dari sebelumnya? Maka pada Bulan Syawal semestinya kualitas dan kuantitas ibadah menuju proses semakin baik.

Selama Ramadhan, satu bulan penuh kita melatih diri dengan berpuasa, yaitu menahan diri dari makan, minum, marah dan menjaga semua perbuatan mulut, mata, telinga, tangan dan kaki dari dosa dan sia-sia. Oleh karena itu, sudah seharusnya jika pada bulan-bulan sesudahnya kita memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menahan hawa nafsu dan meningkatkan ibadah.

Biasanya, setiap bulan Syawal, saya ber”lebaran” dengan orang tua dan melakukan sungkem. Suasana yang paling berkesan adalah ketika sungkem kepada bapak. Karena beliau akan membisikkan nasihat khusus untuk masing-masing anak. Di Bulan Ramadhan 2008 Sang Pemilik manusia dan nyawa telah mengambil beliau. Sejak itu tidak ada bisikan mesra lagi yang saya dapatkan. Padahal kata-kata lembut di telinga itu adalah hadiah khusus buat saya dalam menyambut Lebaran.

Hal itu benar-benar menyemangati diri untuk sungkem lagi dan menanti kira-kira wejangan apa yang dihadiahkan di tahun depan. Dari petuah itu lah saya akan berusaha untuk memperbaiki diri dalam banyak hal terutama ibadah, sebagai jawaban kepatuhan kepada orang tua. 

Ketika tidak ada lagi orangtua, terasa ada yang kurang dalam meyambut Lebaran. Kehilangan itu terasa, karena orangtua lah yang rajin menasihati kita dalam suasana kebersamaan keluarga di hari lebaran Idul Fitri. Kebiasaan menasihati ini sudah selayaknya dijadikan tradisi. Saat yang tepat bagi kita sebagai orang tua untuk memberi pengertian kepada anak agar momen Lebaran bisa memberi kesan mendalam bagi mereka dalam menjalani kehidupan. 

Baju baru adalah kebiasaan yang diberikan orangtua kepada anaknya dalam menyambut hari kemenangan ini. Padahal ada yang lebih penting dari itu yang seharusnya diberikan yaitu semangat baru untuk menjadi lebih baik setelah melewati Bulan Ramadhan. Dengan menjelaskan keutamaan silaturrahim, puasa Syawal dan target tilawah untuk anak-anak merupakan sebagian tema pilihan untuk menerapkan pelatihan yang telah didapat di Bulan Ramadhan. 

Silaturrahim
Hari Raya Idhul Fitri sering dijadikan momen untuk bersilaturrahim. Dari Anas bin Malik RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa ingin dilapangkan baginya rizqinya dan dipanjangkan untuknya umurnya hendaknya ia melakukan silaturahim.” (Bukhari dan Muslim). 

Kata rahim berasal dari Bahasa Arab, bila kita buka kamus Bahasa Arab, maka kita akan dapati kata rahim berasal dari akar kata Ar-rahim yang memiliki arti kandungan atau keturunan dari satu rahim yang membentuk kekerabatan dan kekeluargaan. Sedangkan shilah berasal dari kata washala yang dalam konteks ini memiliki makna sampai atau menyambung. 

Dalam kamus Al-Mu’jamul Wasith disebutkan makna rahim adalah kerabat dekat, sedangkan kitab Al-Mu’jam Al-Mufahras Li Alfazhil Qur’an disebutkan bahwa : “kerabat dinamakan rahim karena mereka lahir dari satu rahim yang sama.” Dengan demikian silaturrahim akan selalu bermotivasi menjaga hubungan baik dengan penuh rasa kasih sayang dan sikap kepedulian kepada orang lain, terlebih lagi kepada keluarga dan kerabat. 

Dengan silaturrahim, kita bias merasakan ada keterikatan, menebarkan rasa kasih sayang dan memperkokoh hubungan kekeluargaan. Apabila kita memutuskannya, rusaklah kebaikan-kebaikan yang ada pada seseorang, karena orang yang memutuskannya berarti telah menghapus rasa kasih sayang yang menjadi fitrah manusia. 

Bahkan Allah mengutuk orang yang memutus silaturrahim sesuai firmanNya dalam QS. Muhammad ayat 22-23 : “Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan membuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah, lalu dibuat tuli pendengarannya dan dibutakan penglihatannya.” 

Mengajak anak-anak bersilaturrahim hendaknya bisa menciptakan rasa kasih sayang antar keluarga, sehingga sedari dini mereka terbiasa untuk saling mendo’akan dan berbuat baik dengan keluarga dan kerabat. Pada awalnya mungkin anak-anak merasa senang bersilaturrahim karena mereka akan mendapat bingkisan, hadiah atau bahkan uang jika berkunjung di hari Raya. Namun usahakan agar anak-anak juga senang untuk memberi hadiah bukan hanya menerima hadiah. 

Dengan saling memberi hadiah akan semakin mendekatkan hati yang bisa menciptakan rasa kasih sayang di antara kerabat. Selanjutnya ajari anak untuk berkunjung di hari lain selain Lebaran. Sehingga anak – anak akan merasa akrab dengan keluarga dan bisa lebih memaknai silaturrahim. 

Puasa Syawal
Abu Ayyub Al-Anshari radhiallahu 'anhu meriwayatkan, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun.” (HR. Muslim). 

Tabiat manusia setelah mengalami masa yang penuh kekangan adalah berlari mencari kesenangan serasa bebas dari kepenatan. Namun Allah mengajarkan untuk berpuasa sunnah Syawal sebagai wujud syukur atas segala nikmat yang Allah berikan. 

Bukankah balasan amal kebaikan adalah kemudahan beramal baik selanjutnya? Ibarat seseorang yang telah berjuang mendirikan bangunan megah, maka tentu sesudahnya akan diikuti dengan tetap menjaga kemegahannya. Puasa Syawal sebagai wujud untuk tetap mempertahankan kemegahan bangunan yang telah kita bangun di Bulan Ramadhan.

PESAN IMAM AL GHAZALI KEPADA PENUNTUT ILMU

  1. Diwajibkan atas orang yang menuntut ilmu untuk menghiasi dirinya dengan akhlaq yang mulia dan menjauhi pekerti yang buruk, seperti emosi, memperturutkan nafsu, dengki, dan besar diri. Semuanya itu merupakan kegelapan yang akan menghalangi masuknya cahaya ilmu. Parameter menguasai ilmu bukanlah banyaknya periwayatan dan muatan hafalan yang banyak, melainkan cahaya bashirah (mata hati) yang melaluinya dapat dibedakan antara perkara yang haq dan bathil, antara yang berbahaya dan bermanfaat, antara petunjuk dan kesesatan.
  2. Diwajibkan bagi penuntut ilmu untuk meminimalisir kesibukannya dan hal-hal yang dapat memalingkan diriya dari meraih ilmu dan mengonsentrasikan waktu untuknya. Karena Allah tidak akan menjadikan dua hati dalam rongga seseorang. 
  3. Seorang yang sedang belajar tidak boleh bersikap sombong dengan ilmunya dan tidak boleh menjerumuskan pengajarnya, tetapi harus patuh kepada nasihatnya segaimana pasien yang jahil mematuhi dokter yang merawatnya dengan penuh kasih sayang lagi sangat mengharapkan kesembuhannya dalam waktu yang singkat. Dianjurkan pula hendaknya dia bersikap rendah diri kepada pengajar/gurunya dan senang melayaninya karena mengharapkan pahala dari Allah. Ilmu itu tidak dapat diraih kecuali dengan sikap rendah diri, penuh perhatian dan mendengar dengan khusyu’. Allah berfirman : “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya”. (QS. Qaaf (50) : 37).
  4. Janganlah seorang penuntut ilmu membiarkan suatu bidang ilmu yang terpuji dan jangan pula suatu cabang pun di antara cabang-cabangnya melainkan harus diperhatikan dengan baik olehnya maksud dan tujuannya serta kesimpulan akhirnya.
  5. Janganlah seorang yang sedang menuntut suatu bidang ilmu pengetahuan mempelajarinya dengan sekaligus, melainkan harus tertib dan memulainya dari bagian yang paling penting.
  6. Janganlah seorang penuntut ilmu beralih ke bidang lain sebelum menguasai bidang yang sebelumnya karena sesungguhnya ilmu pengetahuan itu ada tertib urutannya yang harus diperhatikan. Sebagian diantaranya merupakan pembuka jalan bagi sebagian yang lain. Orang yang beroleh kesuksesan pasti akan memperhatikan urutan dari tahapan ini. Allah berfirman : “Orang-orang yan telah kami beri Alkitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya”. (QS. Al-Baqarah (2) : 121).
  7. Ilmu yang paling mulia adalah ilmu tentang Allah, para malaikatNya, kitabNya dan rasul-rasulNya, serta ilmu-ilmu yang ada kaitannya dengan ilmu tersebut.
  8. Hendaknya niat sang pelajar saat sedang menuntut ilmunya adalah untuk menghiasi batinnya dan memperindahnya dengan keutamaan. Sedang pada masa mendatang akan menjadi sarana baginya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Jangan sampai ia berniat menuntut ilmu untuk meraih jabatan, harta, kedudukan, mendebat orang-orang yang kurang akalnya, dan menyombongkan diri. Karena Allah telah menjamin akan meninggikan derajat orang-orang yang dianugerahi iman dan lmu pengetahuan melalui firmanNya : “…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…”. (QS Al-Mujadilah (58) : 11).
(Athfaalul Muslimin, Kaifa Rabbaahumun Nabiyyul Amiin karya Jamaal ‘Abdur Rahman atau Tahapan Mendidik Anak Teladan Rasulullah diterjemahkan oleh Bahrun Abubakar Ihsan Zubaidi Lc)


TEROPONG

Menggabungkan berbagai macam acara agar menghemat waktu dan biaya sudah beberapa kali dilakukan Pengurus DKM Al Ikhlas. Pada hari Minggu tanggal 24 Juni 2012 Musholla Al Ikhlas menyelenggarakan taushiyah Isra' Mi'raj, Peresmian Rumah Tahfidz, sekaligus mewisuda beberapa santri yang sudah hafal juz 30.

Acara diawali dengan santri yang Mabit pada Sabtu malam, 23 Juni 2012. Sedianya setiap liburan sekolah, Musholla Al Ikhlas rutin mengadakan acara Pesantren Liburan Al Ikhlas (PLA). Karena keterbatasan waktu, acara Mabit saja yang bisa dilaksanakan sesuai agenda 3 bulanan. Ternyata hal itu tidak mengurangi semangat anak-anak yang tetap antusias bergabung. 

Acara ini dikuti ± 80 santri. Mereka adalah 45 santri dari rumah Tahfidz Al Ikhlas, 21 santri dari Rumah Tahfidz BDB 1 dan sisanya adalah anak-anak yang belum menjadi santri Tahfidz. Yang menarik adalah pada saat Muhasabah atau Malam Renungan. Qodarullah malam itu listrik berkali-kali padam dan nyala bergantian sehingga menambah suasana makin syahdu. Akhirnya hanya dengan penerangan api unggun beberapa santri sesenggukan mendengarkan wejangan dari Ketua DKM Al Ikhlas. 

Sengaja acara ini diagendakan untuk menanamkan budi pekerti, saling menyayangi sesama teman dan akhlak yang islami kepada para santri. Malam Renungan diakhiri dengan tugas untuk para santri agar menuangkan isi hatinya melalui surat kepada orang tua masing-masing. Pada acara puncak esok harinya, yaitu 24 Juni 2012 dihadiri oleh beberapa tokoh masyarakat, antara lain Lurah Sukahati, perwakilan dari PPPA Daarul Qur'an, Departemen Agama, dan Ketua RW 15. Yang membuat saya terharu adalah perbincangan di kalangan ibu-ibu yang merasa puas telah menitipkan anaknya di Rumah Tahfidz Al Ikhlas. 

Menurut pengakuan sebagian ibu, anaknya menjadi lebih baik, patuh, santun bahkan ada seorang anak yang dengan mudah masuk sekolah favorit dengan modal sertifikat hafalan Qur'an juz 30 dari rumah Tahfidz Al Ikhlas. Alhamdulillah, makin nyata pengaruh positif adanya Rumah Tahfidz di lingkungan kami.

Setelah mewisuda 13 santri yang lulus juz 30, acara ditutup dengan taushiyah Isra' Mi'raj oleh ustadz Kho Guan Shi atau ustadz Solihin dari Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI). Serangkaian acara tersebut semoga menjadikan kita istiqomah memakmurkan rumah Allah agar tercipta lingkungan yang islami. Aamiin.


SERBA SERBI
"STEIK DAGING SUKIYAKI"


BAHAN :
- 200 gram daging sukiyaki, - 1/2 buah bawang bombay, dicincang halus , - 2 siung bawang putih, dicincang halus, - 1/2 sendok teh kecap penyedap, - 1 sendok teh kecap inggris, - 1 sendok teh kecap manis, - 1/4 sendok teh merica bubuk, - 3,5 sendok teh saus tomat, - 100 ml air, - 1/4 sendok teh garam, - 1/2 sendok teh gula pasir, - 2 sendok makan minyak untuk menumis.

CARA MEMBUAT :
1. Tumis bawang bombay dan bawang putih sampai harum
2. Masukkan daging sukiyaki sambil diaduk hingga berubah warna
3. Masukan kecap penyedap, kecap inggris, kecap manis, merica bubuk dan saus tomat
4. Tuang air aduk rata, masukkan garam dan gula, aduk rata. Biarkan sampai daging matang dan bumbu meresap.

Bahan Pelengkap : Kentang gorang, dan sayuran rebus.

Selamat Mencoba.


Baca selengkapnya »

Vol 2 Edisi 12 - TAKDIR MEMANG TAK PERNAH SALAH

Minggu, 23 September 2012
0 komentar
Seringkali orang berkata “ini sudah takdir” di saat mendapatkan sesuatu yang tidak menyenangkan hati. Namun ketika mendapat sesuai keinginan banyak yang menyatakan karena usaha yang dilakukan dan lupa bahwa itu pun sesungguhnya takdir... 

Edisi 12/Vol.II/2012/11 Sya’ban 1433 H
Sub Menu:



Salam


Seringkali orang berkata “ini sudah takdir” di saat mendapatkan sesuatu yang tidak menyenangkan hati. Namun ketika mendapat sesuai keinginan banyak yang menyatakan karena usaha yang dilakukan dan lupa bahwa itu pun sesungguhnya takdir. Silakan simak bahasan tentang takdir edisi ini.Semoga tema yang tersaji semakin menguatkan keimanan terhadap takdir. Aamiin




Mutiara Hikmah

“Berbuat baiklah pada orang tua kalian, niscaya anak-anak kalian akan berbuat baik pada kalian. Dan jagalah kehormatan kalian, niscaya istri kalian menjaga kehormatannya.” (HR. Ath-Thabrani).



TAKDIR MEMANG TAK PERNAH SALAH

Ketika Rasulullah SAW duduk bersama para sahabatnya, datang seorang laki-laki yang mereka semua tak mengenalnya. Berparas tampan, berkulit bersih, rambut hitam legam tertata sangat rapi dan berpakaian putih bersih. Tak tampak sedikitpun bekas perjalanan! Dia datang dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas paha Rasulullah SAW.Serta merta, ditanyakannya apa itu Islam, Iman dan Ihsan.
Ketika menerangkan masalah Iman, Rasulullah SAW jelaskan, bahwa Iman adalah beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitab suciNya, para RasulNya, hari kiamat dan beriman bahwa takdir baik dan buruk semua dari Allah SWT. Setelah dengan lancar Rasulullah SAW jabarkan apa yang ditanyakannya, diapun menjawab : Shodaqta! (kamu benar!) Setelah itu dia menghilang, tak ada bekas jejak dan arah mana menuju.Berdirilah Umar dengan keheranan, berkata kepada sang guru, Rasulullah SAW : “Wahai Rasulullah, siapakah dia, datang bertanya, dan setelah dijawab malah membenarkan jawabanmu?” begitu kira-kira protesnya. Rasulullah SAW pun menjawab : “Dia adalah Jibril, yang turun ke dunia liu'allimakum diinakum (untuk mengajarkan Diinul Islam pada kalian). 

Begitu pentingnya tiga masalah ini, tak kalah dengan masalah diin yang lain, sehingga begitu berkesan di benak para sahabat bagaimana Jibril mengajarkan. Tak terbayang kalau kita ada di tengah mereka. Mungkin kita tak akan lupa dengan pelajaran tersebut meskipun mungkin bisa pingsan karena takut dan terkesima. Memang sahabat Rasulullah SAW adalah generasi pilihan yang sudah dipersiapkan secara mental, fisik dan kecerdasannya, sehingga sampailah petunjuk kehidupan ini kepada kita.

Di penghujung penjelasan Rasulullah SAW tentang masalah Iman, disinggung masalah takdir, yang merupakan salah satu sendi iman, atau rukun imam yang keenam. Sehingga bila tidak mengimaninya atau salah dalam memahaminya akan menyebabkan cacat dalam beriman. Pemahaman terhadap takdir bisa menyebabkan seseorang bersemangat dalam menjalani kehidupan atau sebaliknya menyebabkan patah semangat atau bersikap pasrah dan tak berdaya serta menyerahkan segala urusan dan kejadian kepada takdir, bahkan kadang-kadang Allah-lah yang disalahkan. 

Karena perbuatan Allah yang menyebabkan suatu kejadian dan mendorong sebagian manusia memprotes takdir ! Tak pelak bila MUI sempat memprotes lagu Desy Ratnasari yang mengatakan “takdir.. memang kejam…”beberapa tahun lalu. Sesungguhnya memang telah terjadi kerancuan berfikir dalam masyarakat. Seolah-olah ada kekuatan yang ‘memaksa/ menghalangi’ ketika manusia ingin berbuat sesuatu. 

Allah memang telah mengetahui perjalanan nasib seseorang. Apakah ia akan sengsara atau bahagia, menikah atau tidak, mempunyai anak atau tidak, bahkan sampai dia akan masuk ke dalam surga al-jannah ataukah neraka jahannam. ‘Dan Dia mengetahui apa yang di daratan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahui (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (lauhil mahfuz) (QS Al-An’am : 59).



Teropong

Wisuda Akbar Indonesia Menghafal juz 30 di Semarang, Jawa Tengah pada hari Sabtu, 19 Mei 2012, diikuti 8 peserta dari Rumah Tahfidz Al Iklhas. Peserta datang dari berbagai kota di seluruh Indonesia dengan kurang lebih 3.000.000 santri. 

Hadiah hiburannya, 10 hadiah Umroh, 10 Sepeda Motor, dan hadiah Utamanya sebuah Mobil APV. Walaupun peserta dari Al Ikhlas tidak ada yang mendapat hadiah hiburan namun tetap semangat mengikuti acara sampai selesai. Semoga pada Wisuda Akbar selanjutnya santri Al Ikhlas lebih banyak lagi yang ikut untuk wisuda.



Serba Serbi
 "Udang Asam Manis"

BAHAN :
  • 400 gram udang cerbung, buang kepala lalu kerat punggungnya
  • 1/2 buah bawang bombay, dicincang halus- 100 gram atau 1/2 buah paprika hijau dan merah, dipotong kotak 1 cm
  • 50 gram nanas, dipotong kotak 1cm , 
  • 1/2 sendok teh gula pasir
  • 1 sendok teh penyedap rasa asam, 
  • 1 sendok makan saus sambal
  • 1/4 sendok teh penyedap rasa ayam, 
  • 125 ml air
CARA MEMBUAT :
  1. Tumis bawang bombay dan bawang putih sampai harum tambahkan udang sambil diaduk hingga berubah warna.
  2. Tambahkan paprika, nanas, gula dan penyedap rasa asam aduk sampai layu
  3. Masukan saus sambal, campurkan penyedap rasa ayam dan air masak sampai matang. 
Selamat Mencoba


Klik Disini untuk Download Buletin ini. Terima Kasih
Baca selengkapnya »

Vol 2 Edisi 11 - SIAPA YANG TAK INGIN MENJADI LEBIH BAIK?

0 komentar

Malam itu saya berangkat kondangan ke sebuah gedung di bilangan kota Bogor, menghadiri pernikahan kakak teman saya. Saya datang pas di ujung acara. Tidak lama setelah saya memberi selamat, MC mengumumkan, bahwa keluarga dan teman dekat harap menuju halaman samping gedung. Betapa terkejut saya ketika menyaksikan pemandangan yang ada. Koridor gedung dan taman sudah dirubah bak diskotik. DJ terkenal didatangkan, lengkap dengan sorot lampu diskotik yang membuat saya makin pusing. Merekapun berjoget diiringi musik yang membuat kepala seakan mau pecah. Laki-laki, perempuan, mahram dan bukan mahram, tidak peduli! Semua campur aduk jadi satu. Yang tidak terbiasa, tapi takut dibilang kurang gaulpun mencoba berjoget terbawa arus. Masya Allah, dengan perasaan tidak menentu, segera saya tinggalkan ruangan.
Image From: http://renung.com/wp-content/uploads/2012/04/hari-esok.jpg
Beginilah keadaan umat Islam kebanyakan. Termasuk teman saya tadi yang sehari-harinya berkerudung lengkap. Kok bisa ya dia jadi promotor acara yang seperti itu?, tanya saya dalam hati. Mungkin karena ketidaktahuan atau menganggap yang seperti ini boleh atau sekedar maksud menyenangkan kakak yang menikah atau alasan lain. Yang jelas, kefahaman terhadap syariat yang sama-sama kita ketahui berlaku kapanpun dan dimanapun ada di nomor terakhir!

Bukan cuma teman saya, bisa jadi kebanyakan umat kita sekarang seperti ini. Umat ibarat buih, terbawa ombak kemana-mana. Begitu yang diutarakan Rasulullah SAW tentang gambaran akhir zaman. Tidak punya pendirian seolah tidak ada keyakinan. Sudahkah kita sampai di zaman ini? Zaman di mana umat tidak lagi tahu jati dirinya. Mengekor Barat belum sampai, memegang keyakinannya penuh keraguan, tapi mengaku Islam. Kalau umat Islam sendiri sudah malu-malu memilih aturan agamanya atau bahkan memilih gaya dan jalan umat lain (meskipun de jure masih Islam) bagaimana umat ini akan bangkit dan merubah dunia? Maju dan bangkit. Seperti apa seharusnya? Islam gaul yang berjoget, kenal juga diskotik seperti teman saya atau yang bagaimana? 

Apa itu kebangkitan? 
Disadari atau tidak, semua orang menginginkan kebangkitan terjadi dalam dirinya, keluarga dan kerabatnya, lingkungannya atau bangsanya. Ibarat air yang berada dalam kondisi buruk bila tergenang, tidak mengalir, diam di satu tempat. Bahkan berlumut dan berbau. Berbeda bila air itu mengalir, akan tetap jernih, tidak akan berbau, malah bisa dipakai bersuci. 

Perubahan ke arah yang lebih baik secara fithrah diinginkan setiap manusia. Siapa yang tidak ingin keadaannya menjadi lebih baik? Sampai-sampai Indonesiapun punya Hari Kebangkitan Nasional yang baru kita peringati. Saking butuhnya sebuah kelompok atau bangsa berubah dan bangun. Menurut Syaikh Hafidz Shalih, maksud dari kebangkitan ialah perpindahan umat, bangsa atau individu dari suatu keadaan menuju ke keadaan yang lebih baik (Hafidz Shalih, Falsafah Kebangkitan : Dari Ide Hingga Metode (terj. An-Nahdhah)). Seseorang akan melangkah pasti bila dia yakin, tidak bingung dengan apa yang akan dilakukannya. 

Kalau seseorang mengaku Islam, percaya bahwa Allah penentu dan pengatur kehidupan, tapi masih harus bertanya ke ‘orang pintar’ untuk bertanya masalah hari baik, masih percaya ada aturan lain yang lebih baik dari aturan Allah, bagaimana masalahnya bisa diselesaikan? Ibarat berdiri, bila ada di dua tempat yang berbeda, mana bisa tegak? (percaya kepada Allah, tapi juga percaya kepada selain Allah/’orang pintar’). 

Sesungguhnya majunya umat adalah ketika umat ini mendapat jawaban dan pegangan yang tak tergoyahkan. Jawaban terhadap semua masalah kehidupan inilah yang disebut dengan aqidah. Di mana aqidah merupakan keyakinan ideologis, yang menjawab bahwa kita berasal dari Allah, hidup dengan aturanNya, dan akan kembali kepadaNya, yang tertuang dalam rukun iman yang enam. 

Bagaimana seseorang beriman kepada Allah dengan keimanan yang benar dan dinamis, bahwa hidup dan mati kita, rizki dan jodoh kita ada di tangan kekuasaanNya; meyakini di dunia ini ada malaikat yang mengawasi dan mencatat amal perbuatan, dan lain-lain; ada kitab Allah sebagai tuntunan hidup; beriman kepada Rasul Allah yang menuntun kehidupan manusia; ada hari akhir di mana pada akhirnya manusia harus bertanggung jawab kepada Allah dan hanya Allahlah yang kuasa menentukan taqdir kehidupan seseorang. 

Betapa lengkap Islam menjawab segala yang manusia tidak ketahui, memecahkan segala masalah, memberi keyakinan kuat yang membangkitkan! Tak perlu lagi aturan dan jawaban dari agama dan ideologi lain. Kita tahu bahwa kita berasal dari Allah, ketika kita ‘dilepas’ di dunia, menghadapi segala masalah kehidupan, aturan Allah sudah disiapkan. Akhirnya, kepada Allah kita harus bertanggung  jawab terhadap pilihan dan gaya hidup kita. Kita ini memang harus mulai merubah gaya hidup yang sekedar memperturutkan hawa nafsu menjadi gaya hidup dengan muatan spiritual, gaya hidup yang menghadirkan Allah di tiap sisi kehidupan kita, gaya hidup mencari keridloan Allah!

Tidak hanya sekedar bertahan hidup, sehingga mau mengambil jalan bathil, menyalahi aturan Allah, tidak hanya ikut-ikutan hanya sekedar takut ditinggalkan oleh warga dan kelompok masyarakat, tidak melakukan sesuatu hanya sekedar ingin pengakuan manusia, karena kita ini hanya bertanggung jawab kepada Allah SWT semata. Islam bukan sekedar bahan pembicaraan di seminar dan masjid, tapi Rasulullah SAW ajarkan di tiap sendi kehidupan para sahabat.  

Baca selengkapnya »
 

salafudin. Diberdayakan oleh Blogger.


Copyright © Nurul Ilmi All Rights Reserved •