Waktu terus berjalan dan setiap insan mengalami perubahan dari satu masa dan kejadian yang satu menuju ke yang lain. Berpindah tempat, berubah sikap dan perbuatan adalah sesuatu yang terjadi dari masa ke masa.
Peristiwa dan sejarah hijrah Rasul SAW adalah tonggak perubahan dan salah satu siasat dalam menunaikan dakwah Islam. Banyak hal yang bisa kita ambil hikmah dari perjalanan hijrah yang dilakukan insan mulia ini beserta para sahabatnya.
Edisi 4/Vol.III/2012/17 Dzulhijah 1433 H
Sub Menu:
Salam
Mutiara Hikmah
Serba-Serbi
Salam
Waktu terus berjalan dan setiap insan mengalami perubahan dari satu masa dan kejadian yang satu menuju ke yang lain. Berpindah tempat, berubah sikap dan perbuatan adalah sesuatu yang terjadi dari masa ke masa.
Peristiwa dan sejarah hijrah Rasul SAW adalah tonggak perubahan dan salah satu siasat dalam menunaikan dakwah Islam. Banyak hal yang bisa kita ambil hikmah dari perjalanan hijrah yang dilakukan insan mulia ini beserta para sahabatnya.
Semoga bahasan buletin saat ini bisa menjadi inspirasi pembaca dalam memaknai hijrah. Amin.
Mutiara Hikmah
“Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak menerima amal perbuatan tanpa amal.” (HR. Ath-Thabrani).
Dalamnya Lautan Hijrah
Abu Hindun Al-Bajalli RA bercerita : “Ketika kami sedang duduk bersama Mu’awiyah bin Abi Sufyan RA, sungguh beliau sudah memicingkan kedua matanya karena mengantuk. Lalu kami bercerita mengenai hijrah. Di antara kami ada yang mengatakan bahwa hijrah telah berakhir dan yang lainnya mengatakan bahwa hijrah belum berakhir. Maka Mu’awiyah RA pun terbangun seraya berkata : ‘Apa yang sedang kalian bicarakan?’ maka kami memberitahukan kepadanya, lalu iapun mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Hijrah tidak akan berakhir sampai tertutupnya pintu taubat. Dan taubat tidak akan berakhir hingga matahari terbit dari sebelah Barat”” (musnad Ahmad, hadits no 17030 bab Fil Hijrah Hal Inqotho’at no 2479).
Apa itu Hijrah?
Apa itu Hijrah?
Hijrah, menurut bahasa berarti meninggalkan (attarku) misal : kebiasaan buruk atau berpindah (al-intiqaal), misal : berpindah dari satu negeri ke negeri lainnya. Dalam bahasa fikih diartikan: berpindahnya kaum muslimin yang tertindas dari Darul Kufur (negeri yang berada dibawah kekuasaan orang kafir seperti Makkah di masa Nabi SAW) ke Darul Iman atau Darul Islam (negeri yang berada dibawah kekuasaan kaum muslimin seperti Madinah). Hijrah juga memiliki arti, meninggalkan perbuatan haram dan maksiat, atau ritual syirik dan bid'ah, kemudian menuju kehidupan baru yang lebih Islami. Hijrah yang paling monumental adalah hijrahnya Rasul SAW dan para sahabatnya dari Makkah ke Madinah. Al-Qur’an menyebutkan banyak sekali keutamaan hijrah ini dan mengabadikan penyebutan sahabat yang hijrah dengan penyebutan yang mulia, yaitu muhajirin. Sedangkan sahabat yang menerima Rasul dan muhajirin mendapat sebutan mulia pula, yaitu anshar (penolong). Keduanya adalah pilar dakwah paling utama dari generasi awal. “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” (QS At-Taubah 100).Ketika itu kekejaman musyrikin Quraisy memang sudah mencapai puncaknya. Pemimpin-pemimpin Quraisy mengadakan pertemuan di Dar Al-Nadwah. Dalam pertemuan tersebut diusulkan agar Rasulullah ditangkap dan dirantai, sedangkan pendapat yang lain mengatakan agar dilempar jauh-jauh ke tengah padang pasir. Tetapi yang disepakati adalah membunuh Rasulullah SAW dengan memberi tanggung jawab pembunuhan pada semua Qabilah. Jadi, pembantaian dan pemusnahan dakwah dijadikan konsensus nasional Quraisy. Masya Allah, memang hawa nafsu membutakan mata hati. Tapi sebesar apapun makar manusia, memang Allahlah sebaik-baik pembuat makar!Kemudian turunlah wahyu Allah yang memerintahkan Nabi SAW untuk bergerak. Sejak pertemuan pemimpin Quraisy tersebut, rumah Rasulullah SAW selalu dibayang-bayangi oleh orang-orang yang hendak membunuhnya. Pada puncak upaya mereka, rumah Rasulullah SAW dikepung. Tapi dengan izin Allah, Rasulullah SAW berhasil lolos dari kepungan maut itu, karena Allah telah membutakan mereka. Padahal Rasulullah SAW berlalu dengan tenang di hadapan mereka sambil membaca QS Yaasin 1-9.Rasulullah SAW pun berangkat menuju rumah Abu Bakar, mengkabarkan bahwa Allah telah mengizinkan untuk keluar berhijrah. Tak ada kepentingan lain dalam pemikiran dua manusia ini, kecuali mencari ridlo Allah, mengangkat, menjaga, dan meninggikan agama Allah! Kecintaan kepada Allah ada di atas segalanya. Banyaknya harta dan keluarga yang dicintai dengan rela mereka tinggalkan. Yang meleleh adalah air mata bahagia. Bahagia memandang harapan baru. Harapan di mana Islam akan tumbuh di bumi yang lebih subur. Tak terpikirkan keberatan apapun hingga Aisyah berkomentar, “Saya tidak pernah merasakan sama sekali sebelum hari itu seseorang menangis karena senang, sehingga saya melihat Abu Bakar hari itu menangis.” Begitulah Abu Bakar, seseorang yang telah dijanjikan surga, bahagianya adalah bagaimana beliau bisa menjaga Rasulullah SAW, menjaga Islam! Tentu, perjalanan hijrah bukanlah perjalanan mudah tanpa tantangan. Setelah mengetahui Rasulullah SAW beranjak meninggalkan Makkah, musyrikin Quraisy mengejar dan sangat bernafsu menangkap Rasulullah SAW. Setelah tidak berhasil, pemimpin Quraisy menjanjikan hadiah 100 onta bagi yang berhasil menangkap Rasulullah SAW, hidup atau mati. Suraqah bin Malik adalah seorang yang terkenal kejam dan sangat berambisi untuk memenangkan hadiah. Dengan semangat berkobar ia memacu kudanya memburu kedua orang yang hendak berhijjrah tersebut. Manusia jenis Suraqah ini ada di mana-mana. Dia merupakan proto type manusia yang suka menjual kehormatan, hati nurani dan identitas dirinya demi mendapat hadiah dan kemasyhuran.Akan tetapi Iradah dan pertolongan Allah selalu bersama orang yang diridloiNya. Dalam pengejaran, Suraqah bersama kudanya jatuh tersungkur berkali-kali setiap akan mendekati sasaran. Setelah jatuh ketiga kalinya ia meminta keamanan dan perlindungan dari Rasulullah SAW. Setelah mendapatkannya Rasulullah SAW menjanjikan pemberian yang jauh lebih besar dari apa yang dijanjikan oleh Quraisy, yaitu dua gelang tangan milik raja Kisro (Persi). Dia menyadari bahwa yang dikejar bukanlah sekedar dua orang laki-laki yang sedang berjalan jauh, tetapi ia sedang menghadapi kenyataan munculnya tentara Allah yang tidak terlihat. Tidak lama kemudian ia hentakkan kendali kudanya, berbalik dan lari ke Makkah. Iapun tampak seperti anjing kelaparan yang memelas. Meski penuh tantangan, rintangan dan pengorbanan, sampailah dua manusia pilihan ini di pinggir kota Madinah (di Quba') pada hari Senin, tanggal 8 Rabi’ul Awwal, tahun ke empat belas kenabian. Begitu penting tonggak perjuangan hijrah Rasulullah SAW, sehingga hijrah bermakna abadi, sepanjang masa. Tidak ada dari kalangan kita yang menyertai hijrah Rasulullah SAW. Sehingga, sejauh apapun kita gambarkan, tak akan bisa menyelami kebersamaan Rasulullah SAW dan para sahabat dengan Allah. Kegoncangan, keterasingan, penentangan, tetap jauh kita selami, sebagaimana Rasulullah SAW katakan :”Jika kamu sekalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan sedikit sekali tertawa dan banyak menangis.”Setiap saat adalah momen tepat untuk berhijrah. Karena sesungguhnya setiap manusia mempunyai hasrat untuk berubah. Sebagaimana anak bayi yang berusaha untuk berjalan. Dia akan terus berusaha agar bisa berjalan. Diawali dengan satu-dua langkah kemudian jatuh. Besoknya diulang lagi hingga bisa melangkah beberapa langkah namun tidak jatuh karena dia berusaha dan terus mencari cara supaya bisa berjalan dengan baik. Ini adalah awal suatu perubahan yang ada dalam hasrat manusia.Teman saya bercerita tentang kisah nyata yang baru dibaca, bahwa ada seorang ibu yang menghafal Al-Qur’an di umur 50 an dan ternyata dia berhasil! Memang semua keinginan harus disertai usaha keras, tanpa kenal letih dan merasa lemah. Semua usaha memang tidak manis, karena Rasulullah SAW bersabda, “Surga dikelilingi dengan sesuatu yang tidak disukai.” (HR Muslim) Sebuah khabar yang berasal dari perkataan seorang tabiin, Yahya bin Abi Katsir RA dikutip oleh Imam Muslim saat membahas tema waktu-waktu shalat : “Ilmu tidak akan diperoleh dengan fisik yang gemar istirahat.” Ibnul Qayyim Al Jauziyah RA pun mengatakan : “Aspek-aspek penyempurna semuanya takkan bisa didapat kecuali dengan kesulitan. Tak seorangpun bisa melewati kecuali melalui jembatan keletihan.” Letih, tertekan, sulit, memang harus kita lalui, bukan untuk kita hindari. Karena usaha dengan niat yang bersihlah yang berbuah pahala.Tengoklah ketika Rasullullah mencari perlindungan di Tha’if (75 Km dari Makkah). Jalan yang jauh ini ditempuh dengan berjalan kaki. Di sana Rasulullah tidak mendapat sambutan baik apalagi perlindungan, malahan beliau diusir dan dilempari dengan batu-batuan. Ketika berlindung di sisi kebun milik ‘Utbah bin Rabi’ah dari lontaran-lontaran batu penduduk Tha’if, beliau memanjatkan do’a kepada Allah: ”Asalkan Engkau tidak murka, aku tidak mempedulikan hinaan ini.”………Pelajaran dari sirah Rasulullah adalah ruh yang harus kita bawa dalam semua tarikan nafas. Semangat generasi terbaik ibarat bahan bakar yang siap membara dalam dada kita, menumbuh suburkan ghirah (gairah/semangat) Islam, agar serasa kita hidup dan berjuang bersama mereka. Wallahu a’lam bi showab.
Serba-Serbi